Saturday, January 18, 2025
logo-mistar
Union
MEDAN

Pedagang Buku Bekas di Medan Keluhkan Lokasi Jalan Hitam

journalist-avatar-top
By
Wednesday, January 15, 2025 15:24
142
pedagang_buku_bekas_di_medan_keluhkan_lokasi_jalan_hitam

Donald, pedagang buku bekas di lahan relokasi yang dijuluki mereka sebagai Jalan Hitam. (f:ari/mistar)

Indocafe

Medan, MISTAR.ID

Pedagang buku bekas sudah tak asing bagi masyarakat Kota Medan. Sebelumnya para mereka di Titi Gantung, Jalan Pegadaian dan sempat berpindah tempat di Lapangan Merdeka pada saat kepemimpinan Wali Kota Medan Abdillah.

Para pedagang tersebut mengaku kecewa dengan Pemerintah Kota (Pemko) Medan atas minimnya rasa kepedulian bagi nasib kehidupan para pedagang yang saat ini menjadi korban relokasi pembangunan Lapangan Merdeka Medan.

Hal tersebut disampaikan salah seorang pedagang buku bekas, Donald (52), ketika ditemui di kawasan relokasi mereka, lahan PT KAI, Jalan Profesor HM Yamin Kelurahan Kesawan Kecamatan Medan Barat, tepatnya pinggiran dan di bawah fly over rel kereta api bandara, Rabu (15/1/25).

“Saya berdagang buku sejak 1998, jadi sudah hampir 27 tahun. Kalau sekarang berdagang pasrah aja sifatnya. Ada yang pesan baru buka kios, kalau tidak ada, ya sudah saya tak ke kios,” ungkapnya.

Donald mengatakan dirinya sudah menempati lokasi saat ini selama satu tahun setengah. Ia bersama para rekannya menyebut lokasi usahanya saat ini adalah Jalan Hitam.

“Layak kami sebut Jalan Hitam, ini lokasi Jalan buntu, tak ada gairah kehidupan, di pinggir dan di bawah rel kami berdagang, tambah lagi tak ada yang melintas akibat pembangunan underpass HM Yamin,” ucapnya.

Dengan kondisi tersebut, sambung Donald, banyak para pedagang lain yang sudah menutup kios mereka karena lokasi Jalan Hitam yang sepi pembeli.

“Sekarang kalau laku 2 sampai 3 buku sehari sudah keras rasanya. Jadi para pedagang sudah banyak yang beralih profesi karena tak laku dagangannya,” katanya.

Saat ini, Donald hanya mampu berjualan online melalui beberapa aplikasi marketplace, sehingga mampu mempertahankan kehidupan bagi dirinya dan keluarga.

“Tak ada harapan berjualan di sini selain berharap online, siapa juga yang mau datang ke sini kecuali kurir,” tuturnya.

Informasi yang diterima mistar, saat ini ada sebanyak 180 kios di lokasi itu dan tak sampai 50 di antaranya yang buka setiap hari, karena banyak para pedagang buku yang sudah alih profesi.

“Lokasi ini memang difasilitasi oleh pemerintah. Tapi tak layak di sini, di Lapangan Merdeka itu dulu juga gratis kami, masih lebih masuk diakal kalau di situ,” ungkap Syaiful (58), pedagang buku lainnya.

Ia mengaku sempat kecewa kepada beberapa Wali Kota Medan sebelumnya atas janji palsu yang diberikan kepada para pedagang.

“Dulu sempat dibuat Skybridge yang menghubungkan Lapangan Merdeka dengan Stasiun Kereta Api Medan untuk kami, tapi tak ada juga, malah terbengkalai itu, sekarang sudah dihancurkan juga,” katanya.

Dari beberapa pedagang yang menyampaikan keluhan tersebut, mereka memiliki harapan besar pada Wali Kota Medan terpilih Rico Waas untuk bisa memiliki visi yang kuat dan hebat dalam memperhatikan kondisi kehidupan mereka. (ari/hm18)

journalist-avatar-bottomRedaktur Andi