26 C
New York
Wednesday, July 17, 2024

Mahasiswa dan Relevansi Demonstrasi di Era Digital

Medan, MISTAR.ID

Aksi demonstrasi oleh mahasiswa selalu menjadi sorotan dalam konteks perubahan sosial dan politik. Sebab, mahasiswa sering kali berada di garda terdepan dalam menyuarakan keadilan dan reformasi.

Namun, pertanyaannya, “Apakah demonstrasi masih relevan di era digital saat ini?”

Rismaindrianti, mahasiswa jurusan Agribisnis Universitas Sumatera Utara (USU), berpendapat, demonstrasi memiliki nilai penting dalam perubahan sosial dan politik.

Meski begitu, ia menilai relevansi serta metode demonstrasi berubah seiring perkembangan zaman, terutama di era digital.

Baca juga: Kepemimpinan di Era Digital Butuh Keterampilan Khusus dan Kolaborasi

Menurut Risma, demonstrasi bisa menjadi bentuk partisipasi aktif dalam demokrasi.

“Mahasiswa, yang sering dianggap sebagai agen perubahan, memiliki potensi untuk menarik perhatian media dan memengaruhi kebijakan publik. Namun, demonstrasi bisa menjadi kontra-produktif jika tidak dikelola dengan baik, berpotensi menyebabkan kekacauan atau kekerasan.” ungkapnya kepada mistar.id, Rabu (17/7/24).

Risma menambahkan bahwa ada alternatif lain untuk berpartisipasi dalam perubahan, seperti dialog, petisi, dan keterlibatan dalam organisasi yang mendukung perubahan.

Dalam konteks digitalisasi, Risma menilai bahwa meskipun media sosial dan kampanye online memberikan saluran advokasi yang efisien, demonstrasi fisik tetap memiliki dampak visual dan komitmen yang kuat.

“Pada akhirnya, keputusan untuk berdemo atau tidak dan bagaimana cara melakukannya bergantung pada tujuan, konteks, dan strategi yang diinginkan oleh mahasiswa.” tuturnya.

Baca juga:Ikuti Era Digital, SMA IT Ad-Durrah Medan Gelar UAS dengan Smartphone

“Pendekatan hybrid yang menggabungkan aksi fisik dan digital mungkin menjadi solusi yang paling efektif dalam banyak situasi,” tambahnya.

Achmad Nuari,  alumni Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) sekaligus mantan aktivis, saat ini perlu adanya penggabungan antara demonstrasi secara fisik dan  digital.

“Belakangan ini lagi ramai istilah ‘kasus viral.’ Artinya, sebuah kasus yang diviralkan akan jauh lebih diusut. Apalagi kita negara demokrasi, jadi tidak ada salahnya aksi demo turun ke jalan asal tidak anarkis dan membahayakan masyarakat umum,” katanya.

Namun, aksi turun ke jalan, sambung Achmad,  juga bisa dibarengi aksi demo digital.

“Dua hal ini kalau diselaraskan, dampak dan efeknya akan jauh lebih besar,” pungkasnya.  (azmie/hm17)

Related Articles

Latest Articles