Medan, MISTAR.ID
Peningkatan akan mutu dan kualitas pendidikan di kota Medan masih belum merata hingga ke pelosok desa, seperti di salah satu Kelurahan Starban, Kecamatan Medan Polonia.
Berawal dari kegiatan sosial bernama sikkola rakyat (sekolah rakyat), mahasiswa asal Universitas Sumatera Utara (USU), Sofri Nozai mengatakan saat berkunjung di salah satu sekolah di desa tersebut, ia merasa sangat miris karena aksesnya harus menyeberangi sungai.
“Kemarin kita juga ada kunjungan di salah satu sekolah yang di bangun rekan-rekan mahasiswa namanya Sikkola Rakyat di pinggiran sungai, sebenarnya sangat miris karena melihat anak- anak sekolah harus menyeberang sungai dan bimbingan belajarnya kurang,” ungkapnya pada mistar.id usai kegiatan bedah sosok pemimpin kota Medan di Fisip USU, Kamis (13/6/24).
Lanjutnya Sofri yang merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi itu juga mengungkapkan bahwa situasi di sana tidak terlihat seperti kota Medan yang banyak orang lihat.
Baca juga:Sekolah Kutip Uang Perpisahan Siswa, Pengamat Pendidikan: Jangan Dipaksa
“Karena memang tampak disana perumahannya kumuh, ya memang mata pencaharian keluarga disana adalah pemulung sehingga disana menimbulkan beberapa konflik sosial seperti pencurian,” tukasnya.
Katanya konflik tersebut terjadi akibat memenuhi kebutuhan hidup.
“Kadang mereka juga melakukan sesuatu yang ilegal tapi begitulah perjuangan mereka untuk memenuhi kebutuhan dan itu lah faktanya yang terjadi di kota Medan tak seindah yang kita lihat pada umumnya,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Sofri juga mengaku setelah kegiatan tersebut pemerintah memberikan bantuan terhadap desa tersebut namun menurutnya pemberian tersebut hanya sekedar hadiah.
“Tapi ya mereka hanya seperti memberikan hadiah saja tidak dilakukan pemberdayaan bagaimana tingkat pendidikan dapat maju dan solusi dari permasalahan tersebut dapat terselesaikan,” akhirinya. (dinda/hm17)
