17.5 C
New York
Monday, April 29, 2024

Perang di Laut Merah Ganggu Perdagangan ASEAN

Yaman, MISTAR.ID

Pemblokiran jalur kapal di Laut Merah mulai berdampak pada industri pelayaran ASEAN. Saat ini yang telah berdampak adalah Malaysia. Konsumen di sejumlah negara ASEAN diperkirakan bakal menanggung beban terbesar dari kenaikan biaya pengangkutan.

Milisi Houthi yang melakukan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah sejak bulan November membuat jalur pelayaran besar mengambil rute yang lebih panjang melalui Tanjung Harapan, Afrika Selatan (Afsel). Hal ini memperpanjang perpanjangan waktu setidaknya 10 hari dari pelabuhan negeri itu, Port Klang.

Mengutip Free Malaysia Today (FMT), Rabu (24/1/2024), perusahaan pelayaran mengaku harus menanggung kenaikan biaya pengiriman sejak Desember 2023 hingga Januari 2024 dari Port Klang ke pelabuhan utama Eropa, Rotterdam.

Baca juga: Selain Milik Israel, Houthi Izinkan 64 Kapal Melewati Laut Merah

Biaya pengiriman kontainer berukuran 20 kaki meningkat. Sebelumnya US$975 (Rp 15 juta) menjadi US$3.300 (Rp 51 juta) atau naik 238%. Sedangkan biaya pengiriman kontainer berukuran 40 kaki meningkat sekitar 2 % dari US$1.650 (Rp 25,9 juta) menjadi US$5.100 (Rp 80 juta).

Ekonom setempat, Geoffrey Williams menyebut kenaikan harga muncul sebagai resiko dari peralihan rute pengiriman. Menurutnya, 15 % perdagangan global sangat tergantung pada Laut Merah

“Sekitar 15% perdagangan global melewati Laut Merah, jadi ini jumlah yang besar. Serangan yang dilakukan Houthi saat ini mengganggu jalur perdagangan penting, termasuk perdagangan Malaysia dan Asean,” tambahnya.

“Rute Laut Merah penting, namun tidak pasti, dalam mengganggu perdagangan Malaysia. Risikonya adalah apakah hal ini akan meningkat menjadi konflik regional yang lebih luas. Dampaknya akan lebih signifikan.”

Baca juga: Militer AS dan Inggris Tembak 21 Drone Houthi di Laut Merah

Diketahui, sebagai pembalasan atas serangan Houthi terhadap pelayaran di Laut Merah, pesawat tempur, kapal, dan kapal selam AS dan Inggris telah melancarkan puluhan serangan di seluruh Yaman,. Ini memperluas konflik regional akibat perang Israel di Gaza.

Sementara itu, Federasi Produsen Malaysia (FMM) telah memperingatkan eksportir dan importir bahwa tarif angkutan kemungkinan akan meningkat. Bahkan tiga kali lipat tahun ini.

Manajer Umum Otoritas Pelabuhan Klang K Subramaniam mengatakan krisis Laut Merah akan membuat lebih sedikit kapal yang singgah di pelabuhan. Ini karena menghabiskan lebih banyak waktu di laut menggunakan rute Tanjung Harapan.

Perjalanan dari Port Klang ke Rotterdam, pelabuhan persinggahan pertama di Eropa, dan kembali biasanya memakan waktu 65 hari melalui Laut Merah dan Terusan Suez. Namun jika kapal menghindari Laut Merah dan mengambil rute mengitari Tanjung Harapan, dibutuhkan waktu 85 hari untuk perjalanan pulang pergi.

“Pengirim harus menunggu lebih lama hingga kapal tiba di pelabuhan, dan kontainer juga akan menghabiskan lebih banyak waktu di pelabuhan,” katanya.

Baca juga: Kapal Tanker Dihantam Houthi Yaman di Laut Merah

“Jadwal akan terlewat karena semakin banyak kapal yang berlayar. Kargo akan berada di pelabuhan lebih lama, sehingga menimbulkan tantangan operasional. Tapi kita belum melihat hal ini di sini,” tambahnya memprediksi situasi dua hingga tiga bulan ke depan.

Dikutip dari Strait Times, Laut Merah juga telah mempengaruhi harga barang-barang impor di Malaysia. Di mana kenaikan akan terlihat.

“Harga barang impor juga akan mulai meningkat karena biaya pengiriman yang lebih tinggi karena kapal kontainer terpaksa menempuh rute yang jauh lebih panjang melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan dibandingkan dengan Laut Merah,” kata pengamat lokal Mohd Afzanizam.

“Karena sedang berlangsungnya pelayaran, serangan pengiriman oleh Houthi,” tambahnya.

Ekspor dan impor Malaysia melalui laut masing-masing berjumlah sekitar 53,5% dan 60% dari total ekspor dan impor. Ini dirangkum Departemen Statistik, dalam 11 bulan pertama tahun 2023.

Baca juga: Pasukan Yaman Siap Gempur Pangkalam Militer Inggris dan AS

“Mengingat lebih dari 50% total perdagangan kita dilakukan melalui laut, setiap gangguan dalam rantai pasokan global akan meningkatkan biaya berbisnis di Malaysia,” tambahnya.

Hal senada juga dikatakan mitra kesepakatan ekonomi dan kebijakan PwC Malaysia, Patrick Tay Soo Eng. Ekonomi Malaysia mungkin bisa melemah.

Tay memperkirakan perekonomian dunia akan terus melemah pada tahun 2024. Ketegangan geopolitik meningkatkan utang publik dan tingginya biaya pinjaman.

“Pertumbuhan ekonomi yang lambat di Malaysia akan mengurangi pendapatan dunia usaha dan memperlambat pertumbuhan pendapatan rumah tangga,” katanya. (cnbc/hm17)

Related Articles

Latest Articles