26.2 C
New York
Friday, July 5, 2024

Pengamat: Standar Ganda Swedia, Pembakaran Alquran Diizinkan, Slogan Nazi Dilarang

Dubai, MISTAR.ID

Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) akan segera mengambil tindakan jika pemerintah Swedia tidak mengubah aturan penyebaran kebencian.

Hal ini diumumkan oleh pengamat geopolitik Arab Saudi Salman Al-Ansari.

“Jika pemerintah Swedia tidak membenahi sistem hukum yang memungkinkan kelompok ekstrimis dan radikal menebar kebencian, saya tidak heran jika OKI membuat keputusan yang tidak terduga,” kata Ansari dalam program Frankly Speaking Arabic News, Minggu (23 Juli 2023).

Pernyataan Ansari itu muncul bersamaan dengan kecaman OKI terhadap pembakaran Alquran oleh sayap kanan Danske Patrioter (Patriotik Denmark) di Denmark pada Jumat (21/7/2023) di luar kedutaan Irak di Kopenhagen.

Baca juga : Kantor Kedutaan Swedia di Irak Dibakar Demonstran yang Kecam Rencana Pembakaran Alquran

Dia menuduh pemerintah Swedia munafik. Dia mencontohkan para aktivis dari kelompok sayap kanan yang dituntut karena menggunakan slogan-slogan Nazi sementara tindakan anti-Muslim dibiarkan begitu saja.

“Mereka mengklaim bahwa membakar Alquran atau kitab suci lainnya adalah bagian dari kebebasan berbicara.” Bagaimana dengan slogan-slogan Nazi?” tanya Ansari.

Padahal hujatan ini merupakan kebencian 1,7 miliar orang, baik Muslim, Kristen, maupun Yahudi.

“Membakar kitab suci apa pun, baik itu Alquran, Alkitab, atau Taurat, adalah keji dan tidak dapat dibenarkan.” Ini adalah tindakan kebencian terakhir. Jika tidak ada kebencian, mengapa menimbulkan kebencian? Itu pertanyaan saya,” kata Ansari.

Baca juga : Kecam Pembakaran Alquran, MUI ke Dubes Swedia: Tangkap Pelakunya!

Karena itu, jelas Ansari, semua pihak mengharapkan Swedia merevisi sistem hukumnya. Ini juga akan mempengaruhi nasib mereka, terutama dalam hubungan diplomatik dengan belasan negara Muslim. “Karena tentu saja Anda tidak ingin memutuskan hubungan dengan 57 negara Muslim hanya karena segelintir kelompok ekstrimis dan radikal yang penuh kebencian,” kata Ansarai.

Pembakaran Alquran di Denmark dan Swedia telah memicu ketegangan diplomatik yang kini membahayakan hubungan mereka dengan dunia Muslim.

Awal pekan ini, imigran Irak Salwan Momika sekali lagi menghina Alquran dengan menginjak dan menendangnya. Aksi Momika tak berlangsung lama setelah aksi pembakaran 28 Juni di depan masjid Stockholm.

Pada bulan Januari tahun ini, pemimpin kelompok sayap kanan Denmark, Rasmus Paludan, membakar sebuah Alquran di depan kedutaan Turki di Stockholm.

Baca juga : Pembakaran Alquran di Swedia, Ustad Muslim Istiqomah: Kita Mengutuk Keras!

Para pemimpin dan pemerintah dunia Muslim mengutuk tindakan ini. Negara-negara Eropa sejauh ini mengizinkan penodaan Alquran, termasuk pembakarannya, dengan kedok kebebasan berbicara.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu, Sekretaris Jenderal OKI Hissein Brahim Taha mengungkapkan kekecewaannya atas berulangnya insiden serangan terhadap kesucian Islam.

Perbuatan ini merupakan kebencian terhadap agama, intoleransi dan diskriminasi. Konsekuensinya sangat menghancurkan. Pemerintah Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengatakan pekan lalu bahwa mereka dapat mempertimbangkan perubahan Undang-Undang Ketertiban Umum jika ada alasan kuat.

Baca juga : Demo Anti-Turki di Stockholm, Salinan Alquran Dibakar

Perubahan ini akan memungkinkan polisi menghentikan pembakaran Alquran demi kepentingan keamanan nasional.

Namun, Wakil Perdana Menteri Ebba Busch, yang berasal dari Partai Kristen Demokrat, mengatakan awal bulan ini bahwa Swedia memutuskan konstitusi sendiri dan tidak dipengaruhi oleh hukum dan kepercayaan negara lain.

“Swedia tidak memeluk Islam. Membakar kitab suci itu memalukan tapi tidak ilegal,” kata Busch di akun Twitternya pada 7 Juli 2023, setelah imigran Irak Salwan Momika membakar Alquran di luar masjid di Stockholm. (republika/hm18)

Related Articles

Latest Articles