17.5 C
New York
Monday, April 29, 2024

Jepang di Lumpur Resesi, Indonesia Diprediksi Menyusul

Tokyo, MISTAR.ID

Kabar kurang baik terhendus dari ‘Negeri Matahari Terbit’. Pasalnya, alami kontraksi ekonomi selama tiga kuartal beruntun, Jepang terisap semakin dalam di lumpur resesi.

Pada April-Juni 2020, output ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Matahari Terbit mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) 7,9% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/QtQ). Memburuk dibandingkan pembacaan sebelumnya yaitu 7,8%.

Sementara dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY), PDB Jepang terkontraksi 9,9%. Ini adalah catatan terburuk sejak 1979.

Sama seperti negara-negara lain, Jepang tidak bisa menghindar dari resesi akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Untuk menekan penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut, pemerintah Jepang (juga sama dengan negara-negara lain) memberlakukan pembatasan sosial alias social distancing.

Baca juga: Topan Dahsyat Haishen Bakal Menerjang Jepang

Pada pertengahan Mei, pemerintah Jepang memberlakukan kondisi darurat nasional. Melalui kebijakan ini, pemerintah meminta masyarakat sebisa mungkin untuk #dirumahaja. Bukan apa-apa, penularan virus memang menjadi jauh lebih mudah saat terjadi peningkatan intensitas kontak dan interaksi antar manusia.

Pembatasan sosial membuat dua sisi ekonomi, produksi dan permintaan, anjlok bersamaan. Kasus corona boleh terkendali, tetapi harus dibayar dengan harga yang sangat mahal yaitu penyusutan ekonomi.

Jepang adalah pemain kunci di percaturan ekonomi dunia, negara dengan PDB terbesar ketiga di planet bumi. Perannya yang vital membuat derita Jepang juga akan dirasakan oleh negara lain, termasuk Indonesia. Kalau ekonomi Jepang berantakan, maka dampaknya buat Indonesia bisa datang dari tiga jalur yaitu ekspor, investasi, dan pariwisata. Pertama dari sisi ekspor dulu.

Jepang adalah salah satu negara mitra dagang utama Indonesia. Sepanjang Januari-Juli 2020, nilai ekspor non-migas Indonesia ke sana adalah US$ 7,34 miliar. Jepang menjadi negara tujuan ekspor terbesar ketiga bagi Indonesia.

Baca juga: Topan Melanda Korsel setelah Picu Tanah Longsor di Jepang

Resesi ekonomi ditandai dengan kelesuan permintaan. Jadi kalau Jepang resesi, maka sulit berharap permintaan akan tinggi, termasuk untuk produk dari Indonesia. Ekspor Indonesia tentu akan terpukul mengingat peran Jepang yang lumayan penting.

Kedua adalah dari sisi investasi. Jepang adalah investor sektor riil (Foreign Direct Investment/FDI) terbesar keempat di Indonesia pada semester I-2020. Hanya kalah dari Singapura, China, dan Hong Kong.

Pandemi virus corona membuat situasi menjadi sangat tidak pasti. Di tengah ketidakpastian tersebut, perusahaan tentu lebih memilih mengamankan arus kas ketimbang menyalurkan belanja modal. Lebih baik memikirkan bagaimana caranya untuk bertahan hidup dulu.

Ini juga terjadi di Jepang. Per Agustus, penyaluran belanja modal masih 5,2% di bawah target yang disusun tahun lalu. Minimnya hasrat ekspansi membuat FDI dari Jepang sulit untuk diharapkan. Ketiga adalah dari sisi pariwisata. Wisatawan mancanegara (wisman) asal Jepang adalah salah satu yang paling banyak berkunjung ke Indonesia.

Baca juga: Bak Film Jepang, Pedagang Ayam Penyet Disamurai 6 Pria

Sepanjang 2008-2018, rata-rata seorang wisman asal Jepang menghabiskan US$ 167,27 (sekitar Rp 2,5 juta dengan kurs saat ini) per hari selama di Indonesia.
Kalau Jepang sedang resesi, yang berarti pendapatan masyarakat di sana mengkerut, berarti pelesiran bukan sebuah pilihan aktivitas yang bijak. Apalagi pandemi virus corona masih mengancam, semakin sulit berharap wisman Jepang mau berwisata ke Indonesia.(cnbc/okzn)

Related Articles

Latest Articles