Damascus, MISTAR.ID
Jatuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah memunculkan kekhawatiran besar mengenai siapa yang akan memimpin negara tersebut. Kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan oleh Assad membuka peluang bagi berbagai kelompok untuk saling berebut pengaruh.
“Mereka (menteri luar negeri dari negara arab-red) tiba di Doha dengan kekhawatiran terhadap kaum Islamis. Kehadiran mereka untuk membahas langkah-langkah mencegah kekacauan di Suriah,” ungkap seorang sumber yang tak mau disebutkan namanya, seperti dilansir dari BBC, Selasa (10/12/24).
Kelompok militan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) mengklaim telah mengambil alih pusat ibu kota Damaskus. Pemimpin HTS, Abu Mohammed al-Jolani, yang kini menggunakan nama aslinya Ahmed al-Sharaa, menyatakan keberhasilan tersebut.
Ahmed al-Sharaa diperkirakan akan memainkan peran penting dalam membentuk tatanan baru Suriah pasca runtuhnya pemerintahan Assad yang telah berkuasa selama hampir lima dekade. Â Namun, ia bukan satu-satunya tokoh penting yang kini muncul di panggung nasional.
Baca juga:Â Kelompok Pemberontak HTS Berhasil Rebut Kota Penting di Suriah
Para pengamat, termasuk Marie Forestier, penasihat senior Suriah untuk Institut Perdamaian Eropa, memperingatkan bahwa situasi ini masih jauh dari stabil.
“Ceritanya belum ditulis,” ujar Marie, menyoroti kompleksitas persaingan antar kelompok di Suriah.
Kelompok pemberontak Operasi Selatan, yang mayoritas anggotanya berasal dari Tentara Pembebasan Suriah (FSA) dan mendapat dukungan negara-negara Barat sejak 2011, juga menjadi pemain penting dalam perebutan kekuasaan ini.
“Permainan baru saja dimulai,” tambah Forestier saat berbicara di Forum Doha.
Meski HTS berhasil bergerak cepat dan menghadapi sedikit perlawanan, tanda-tanda bahwa persatuan di antara berbagai kelompok pemberontak mulai goyah.
“Melawan rezim Assad adalah perekat yang menjaga koalisi de facto ini tetap bersatu,” kata Thomas Juneau, pakar Timur Tengah dari Universitas Ottawa.
Baca juga:Â Ratusan Milisi Pro-Iran Masuk ke Suriah untuk Bantu Tentara Assad
“Sekarang setelah Assad melarikan diri, mempertahankan persatuan di antara kelompok-kelompok yang menggulingkannya akan menjadi tantangan besar,” tambahnya.
Dalam situasi yang masih penuh ketidakpastian, komunitas internasional kini menunggu langkah-langkah yang akan diambil oleh berbagai pihak di Suriah untuk menentukan masa depan negara tersebut. (bbc/hm20)