8 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Helikopter Tembaki Pesta Pernikahan Di Mali, 20 Tewas

Bamako, MISTAR.ID

Serangan helikopter di Mali yang menyasar pesta pernikahan mengakibatkan sedikitnya 20 tamu tewas tertembus peluru. Sementara secara bersamaan, Perancis mengklaim mengatakan pihaknya menewaskan puluhan milisi dalam sebuah serangan udara pada pekan di sebuah desa di Mali tengah.

Penduduk Desa Bounti mengatakan satu unit helikopter melepaskan tembakan di siang hari pada Minggu (3/1/21). Serangan tersebut menyasar sebuah pesta pernikahan sehingga menebarkan kepanikan di antara para tamu pernikahan sebagaimana dilansir media, Rabu (6/1/21).

Salah satu warga setempat, Ahmadou Ghana, mengatakan helikopter tersebut menembaki orang-orang. “Kami terkejut dengan intensitas serangan. Helikopter itu terbang sangat rendah,” ujar penduduk desa lainnya, Mady Dicko.

Baca juga: Bom Meledak di Mali, Dua Tentara Prancis Tewas

Pada Minggu, Tabital Pulakuu, sebuah asosiasi yang mempromosikan budaya kelompok etnik Fulani Mali, melaporkan serangan udara yang merenggut nyawa setidaknya 20 warga sipil dalam sebuah pernikahan. Seorang juru bicara militer Perancis, Kolonel Frederic Barbry, membantah adanya hubungan antara serangan Perancis dengan pesta pernikahan.

Barbry mengatakan bahwa pentautan tersebut tidak sesuai dengan informasi yang dikumpulkan sebelum serangan udara. Barbry mengatakan kepada media bahwa operasi tersebut mengikuti informasi intelijen yan telah dikumpulkan selama beberapa hari dan menunjukkan adanya pertemuan orang yang mencurigakan.

Militer Perancis menyimpulkan pertemuan itu adalah kelompok bersenjata teroris berdasarkan sikap individu, peralatan mereka, dan informasi intelijen lain. Di sisi lain, hingga saat ini belum ada komentar langsung dari Pemerintah Mali.

Baca juga: Bom Bunuh Diri di Somalia, 10 Orang Tewas

Kepala Bagian Hak Asasi Manusia dari misi PBB di Mali, Guillaume Nguefa, membenarkan insiden tersebut tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut. Desa Bounti terletak di wilayah Mopti, 600 kilometer dari Ibu Kota Mali, Bamako.

Di Mopti, kelompok bersenjata memang memiliki kehadiran yang signifikan. Wilayah tersebut adalah pusat serangan militer mematikan yang dimulai di Mali utara pada 2012 dan kemudian berlanjut ke negara tetangga, Burkina Faso dan Niger.

Ribuan tentara dan warga sipil tewas dalam konflik tersebut sementara ratusan ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Jauh dari pertempuran, tragedi di Desa Bounti akan meningkatkan tekanan pada pemerintahan sementara Mali, yang didominasi oleh tokoh-tokoh dengan hubungan militer. Perwira militer menggulingkan Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita pada 18 Agustus 2020 setelah aksi protes digelar selama berpekan-pekan lamanya. (kompas/hm09)

 

Related Articles

Latest Articles