6.6 C
New York
Tuesday, April 23, 2024

Kasus Tewasnya Pelajar SMK di Nisel, Kepsek Terbukti Memukul Korban

Nias, MISTAR.ID

Polres Nias Selatan (Nisel) gelar rekonstruksi ulang terkait kasus tewasnya Yaredi Nduru (17) seorang pelajar SMK  beberapa waktu lalu. Pihak keluarga menduga kematian korban akibat pukulan dari kepala Sekolah (Kepsek) berinisial SZ (37) pada Sabtu 23 Maret lalu.

Guna menyelidiki kasus yang dilaporkan awal April, Satuan Reskrim Polres Nisel melakukan gelar perkara pada Senin (22/4/23) semalam.

Dalam rekonstruksi ulang yang menghabiskan waktu kurang lebih 90 menit itu, memperagakan 17 adegan. Hasilnya Kepsek terbukti memukul kepala korban lebih dari tiga kali.

Baca juga: Kepsek Diduga Aniaya Murid Hingga Tewas, Polda Sumut: Masih Kita Dalami

“Jadi berdasarkan hasil rekonstruksi diperlihatkan terlapor yang tidak lain merupakan kepala sekolah dari korban, terlihat telah memukul kening korban YN sebanyak lebih dari tiga kali dengan menggunakan sisi luar dari kepalan tangannya,” kata Kasat Reskrim Polres Nisel, AKP Freddy Siagian dalam keterangan tertulisnya yang diterima mistar.id pada Selasa (23/4/24).

Freddy menyebut, rekonstruksi ulang ini juga disaksikan oleh orang tua korban, dan mendapat pengawalan ketat dari polisi.

“Reka ulang tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran tentang terjadinya suatu tindak pidana. Dengan jalan memperagakan kembali perbuatan pelaku terhadap korban. Rekonstruksi juga dapat digunakan untuk menguji persesuaian keterangan para saksi atau terlapor,” terangnya.

Berita sebelumnya, korban Yarendi Nduru (17) dinyatakan meninggal usai menjalani perawatan medis di RSUD dr Thomsen Kota Gunungsitoli, Sumatera Utara.

Baca juga: Kadisdik Sumut Angkat Bicara Terkait Dugaan Pelajar SMKN 1 Nisel Tewas Dianiaya Kepsek

Kasus ini bermula pada Sabtu 23 Maret 2024 lalu sekitar pukul 09.00 WIB tepatnya di jam sekolah. Dimana korban bersama enam orang siswa lainnya disuruh kepsek, lalu memukul di bagian kening korban sebanyak lima kali.

Sore harinya sekitar pukul 18.00 WIB, korban mengeluh kepada ibunya yang baru saja pulang dari ladang. Sembari mengatakan, bagian kepalanya sakit, kemudian korban diberi obat sakit kepala oleh sang ibu.

Berselang empat hari kemudian Rabu 27 Maret 2024, korban Yaredi mengeluh lagi jika sakit kepalanya semakin parah dan tidak bisa lagi pergi ke sekolah. Lanjut dua hari kemudian, tepatnya pada Jumat 29 Maret, penyakit korban semakin parah yang dimana pada saat itu korban demam tinggi, tak lama kemudian meninggal dunia. (matius/hm17)

Related Articles

Latest Articles