Jakarta, MISTAR.ID
Pemerintah Indonesia menyatakan kekhawatirannya terhadap dampak kebijakan ekonomi proteksionis yang dijanjikan oleh Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap realisasi investasi asing, khususnya dari AS.
Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan Roeslani, mengungkapkan bahwa Indonesia akan terus memonitor perubahan lanskap politik di AS, karena AS selama ini menjadi salah satu negara dengan kontribusi besar dalam penanaman modal asing (PMA) ke Indonesia.
Rosan menyatakan, meskipun AS secara tradisional selalu masuk dalam enam besar negara penanam modal di Indonesia, kebijakan “America First” yang akan diterapkan oleh Trump dikhawatirkan akan mengurangi investasi AS ke Indonesia.
“Trump akan mendorong kebijakan ‘America First’, yang mungkin akan mempengaruhi investasi ke luar negeri,” kata Rosan usai menghadiri acara Rakornas Pemerintah Pusat dan Daerah di Sentul, Bogor, kemarin.
Baca Juga : Kemenangan Donald Trump dalam Pemilu AS Dihadapkan dengan Tantangan Hukum
Rosan merujuk pada kebijakan proteksionis yang diterapkan Trump selama masa kepresidenannya sebelumnya (2017-2021), seperti peningkatan tarif barang impor, terutama yang berasal dari China. China merupakan mitra ekonomi utama Indonesia, sehingga ketegangan perdagangan antara AS dan China dapat mempengaruhi iklim investasi di Indonesia.
Namun, Rosan juga menambahkan bahwa meskipun ada kekhawatiran, beberapa perusahaan AS tetap menunjukkan minat untuk berinvestasi di Indonesia, terutama dalam sektor energi hijau. Salah satu contohnya adalah perusahaan energi ExxonMobil yang berencana untuk berinvestasi dalam pengembangan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) serta energi bersih.
“Investasi dalam energi baru terbarukan tetap menjadi prioritas bagi semua negara, termasuk Amerika Serikat,” jelas Rosan seraya berharap investasi di sektor ini akan tetap mengalir ke Indonesia meskipun ada ketidakpastian politik global.
Penurunan Investasi AS di Masa Pemerintahan Trump
Selama masa pemerintahan Trump (2017–2020), realisasi PMA dari AS ke Indonesia mengalami penurunan signifikan dibandingkan dengan masa pemerintahan Presiden AS sebelumnya, Barack Obama, dan sesudahnya, Joe Biden.