15.4 C
New York
Wednesday, October 9, 2024

Pasca Krisis 1999, Indonesia Alami Deflasi Selama 5 Bulan Berturut-turut

Jakarta, MISTAR.ID

Indonesia diketahui mengalami deflasi selama 5 bulan secara beruntun, usai terakhir mengalami deflasi panjang 7 bulan beruntun kala krisis tahun 1999 lalu.

Ini mengacu pada catatan Badan Pusat Statistik (BPS) jika pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024 meneruskan tren deflasi, yang kali ini sebesar -0,12% month to month (MtM).

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menerangkan pada 1999 atau pasca krisis finansial Asia, Tanah Air pernah mengalami deflasi 7 bulan beruntun, yakni pada Maret 1999 sampai September 1999.

Baca juga:Bukan Inflasi, Harga BBM Sumbang Deflasi September 2024

Penilaian Amalia, deflasi beruntun itu dampak merosotnya harga sejumlah barang usai mengalami inflasi yang tinggi dampak dari krisis 1998.

“Sempat waktu itu kan ada inflasi tinggi akibat terjadinya depresiasi nilai tukar rupiah. Namun tekanan depresiasinya menurun, otomatis harga-harga mulai kembali pada keseimbangannya, ini yang membuat deflasi,” sebutnya melalui konferensi pers, pada Selasa (1/10/24).

Tidak cuma itu, deflasi juga menyertai pasca fenomena krisis di akhir 2008, yakni pada Desember 2008-Januari 2009. Itu dipengaruhi melorotnya harga minyak dunia.

Kala pandemi Covid-19 pun deflasi beruntun pernah menimpa Indonesia. Ketika itu, situasi ekonomi dunia maupun domestik tertekan oleh penyebaran Covid-19 sehingga terjadi deflasi.

Baca juga:September 2024, Cabai Merah Penyumbang Deflasi Terbesar di Sumut

“Tahun 2020 juga pernah terjadi deflasi 3 bulan berturut-turut, mulai Juli hingga September 2020,” kata Amalia.

Beruntun deflasi yang terjadi selama Juli hingga September 2020 itu sebesar 0,1%, 0,05%, dan 0,05%.  Hanya BPS tidak bisa mengatakan apakah hal ini terjadi imbas penurunan daya beli atau tidak, seiring dengan menurunnya jumlah masyarakat kelas menengah.

Amalia berpendapat, fenomena deflasi pada tahun ini, jelas karena penurunan harga sejalan dengan sisi suplai atau supply side yang mencukupi. Memandang deflasi September 2024, utamanya disumbang penurunan harga pangan, tanaman pangan, hortikultura seperti cabai merah rawit, tomat, kentang wortel. Termasuk produk peternakan, seperti telur ayam ras dan daging ayam ras menurun yang sebelumnya meningkat harganya.

“Pastinya karena biaya produksi turun, ini bakal dicerminkan pada harga di tingkat konsumen yang turun. Inflasi dan deflasi ini yang tertangkap di IHK,” tutup Amalia. (bsns/hm16)

Related Articles

Latest Articles