11.8 C
New York
Wednesday, May 1, 2024

OJK Tertibkan Produk Investasi Bank

Jakarta, MISTAR.ID

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan menertibkan penjualan produk investasi di perbankan. Keputusan tersebut diambil tak lepas dari masalah gagal bayar produk JS Saving Plan milik PT Asuransi Jiwasraya yang ditawarkan melalui perbankan (bancassurance).

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyebut pihaknya bakal membatasi penjualan produk investasi melalui perbankan.

“Banyak instrumen yang dijual melalui perbankan, akan diluruskan ke depan, mana yang boleh dijual di bank,” kata Wimboh di acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2020, Rabu (26/2).

Menurut Wimboh, bank yang menjual produk jenis proteksi akan diperbolehkan. Akan tetapi, OJK bakal menyeleksi investasi yang boleh dijual melalui bank.”Kami akan menata mana yang boleh dan tidak boleh dijual lewat bank,” ujarnya.

Selanjutnya, ia mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati pada iming-iming jaminan imbal hasil tetap dari produk reksa dana. Wimboh menegaskan, jaminan imbal hasil tersebut tidak akan ada di pasar modal.

“Kami imbau masyarakat, tidak akan bisa ada jaminan tetap dalam produk reksa dana,” ucapnya dia.

Sementara itu, Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja menyambut baik rencana OJK tersebut. Ia menyebutkan perbankan sepatutnya sangat selektif dalam menjual produk-produk investasi.

“Kami kan juga membatasi sekali kalau mau menjual produk ke nasabah, kami pilih-pilih, kami harus yakin,” kata Jahja. Sebelumnya, permasalahan Jiwasraya sempat menjadi sorotan masyarakat. Kemelut perseroan asuransi tertua di Indonesia itu mencuat dari kasus gagal bayar produk JS Saving Plan.

Jiwasraya kemudian menunda pembayaran klaim nasabah jatuh tempo pada Oktober 2018 sebesar Rp802 miliar. Hal itu dilakukan karena keuangan perusahaan bermasalah.

Berdasarkan data Jiwasraya, ekuitas perusahaan negatif sebesar Rp10,24 triliun dan defisit sebesar Rp15,83 triliun pada 2018. Selang setahun, keuangan kian memburuk. Per akhir 2019, ekuitasnya negatif Rp23,92 triliun lantaran liabilitas perusahaan mencapai Rp49,6 triliun, sedangkan asetnya cuma Rp25,68 triliun.

Sumber: Antara

Editor: Rika

Related Articles

Latest Articles