Impor Daging Kerbau Dinilai Menambah Beban Pemerintah
![journalist-avatar-top](/_next/image?url=https%3A%2F%2Ffiles-manager.mistar.online%2Fuploads%2FMISTAR%2Femployee%2F20250122T084319148Z.jpg&w=64&q=75)
![impor_daging_kerbau_dinilai_menambah_beban_pemerintah](/_next/image?url=https%3A%2F%2Ffiles-manager.mistar.id%2Fuploads%2FMISTAR%2F06-02-2025%2Fimpor_daging_kerbau_dinilai_menambah_beban_pemerintah_2025-02-06_20-36-42_2783.jpg&w=1920&q=75)
Ilustrasi daging kerbau. (f: ist/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Pengamat Ekonomi, Benjamin Gunawan menilai, keputusan pemerintah melakukan impor daging kerbau penuhi kebutuhan selama Ramadan dan Idulfitri akan menambah beban pemerintah.
Keputusan itu, menurut Gunawan, bakal menambah beban pemerintah, khususnya dalam penyediaan valuta asing. "Sekecil apapun impornya tetap turut menyumbang pelemahan mata uang rupiah, sekali pun dampaknya sangat terbatas," ujarnya, Kamis (6/2/25).
Kebijakan impor daging kerbau beku, kata Gunawan, bukan karena kita kekurangan pasokan daging. "Daging sapi tetap ada di pasar, namun masalah harga yang mahal dibanding dengan daging kerbau sehingga dinilai kurang bersahabat bagi isi kantong masyarakat," jelasnya.
Menurutnya, kebijakan tersebut lebih condong memanjakan dan menguntungkan konsumen. Gunawan menyebutkan, harga daging kerbau lebih rendah dibanding sapi segar berada pada kisaran Rp120.000 hingga Rp140.000 per kilogram.
"Apalagi jika diikuti kebijakan penyaluran yang menargetkan masyarakat ekonomi menengah bawah untuk penjualan daging kerbau beku," tuturnya.
Di tengah daya beli yang mengalami tekanan, kehadiran daging kerbau beku dinilai meringankan kebutuhan masyarakat akan protein, karena harga daging di bawah Rp100.000 per kilogram. (amita/hm24)
![journalist-avatar-bottom](/_next/image?url=https%3A%2F%2Ffiles-manager.mistar.online%2Fuploads%2FMISTAR%2Femployee%2F20250122T084319148Z.jpg&w=256&q=75)