22.2 C
New York
Monday, April 29, 2024

Harga Telur Kembali Naik, Daging Ayam Masih Mahal di Siantar

Pematang Siantar, MISTAR.ID – Harga daging ayam di pasar-pasar tradisional Kota Pematang Siantar, sejak hari raya Lebaran1444 Hijriah terpantau masih bertahan mahal, sementara telur ayam rasa juga turut merangkak naik.

“Harga daging ayam saat ini masih tetap mahal sejak jelang Lebaran kemarin, Rp 34 ribu per kilogram. Padahal beberapa hari lalu sudah mulai turun jadi Rp 32 ribu per kilogram,” kata pria yang sering dipanggil Ucok, penjual daging ayam di Pasar Tradisional Dwikora, Minggu (14/5/23).

Menurut Ucok, kenaikan harga daging ayam tersebut diperkirakan meningkatnya kebutuhaan warga untuk keperluan hajat ataupun kegiatan lainnya.

Baca Juga: Harga Beras Naik, Wali Kota Siantar Imbau Ketersediaan Pasokan Bahan Pokok Diperhatikan

“Akhir-akhir ini banyak yang pesta, pokoknya apapun itulah, hajatan yang mengumpulkan orang banyak. Ditambah lagi, momen Lebaran untuk halal bihalal juga masih banyak,” ujarnya.

Hal serupa juga diungkapkan Rita. Pedagang ayam potong yang juga memiliki cabang di Pasar Horas ini menyebutkan bahwa bertahan mahalnya harga ayam ras di pasar karena harga tebus ke pemasok juga tetap masih mahal.

“Pemasok, katanya, mengaku, pasokan ayam lagi tidak banyak sementara permintaan tren meningkat. Ayam-ayam ini juga kami lihat masih kecil-kecil sekitar 1,2 kilogram aja beratnya. Bercampur juga, tapi yang besar, sedikit lah,” papar Rita sambil menunjukkan ukuran ayamnya yang kecil.

Bahkan, dia juga memprediksi dengan kondisi seperti saat ini, bisa jadi harga ayam akan naik lagi hingga Rp40.000 per kg seperti yang pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga: Pasca Idulfitri 2023, Sekda Sumut Sebut Harga Bahan Pokok Stabil

Sementara itu, harga komoditas telur di Kota Pematang Siantar terpantau kembali naik. Walaupun sebelumnya, harga telur sudah mulai turun, meskipun masih tetap dikategorikan mahal.

Ada pun telur saat ini bernilai hingga bRp 1.700 per butir. Ini kembali mahal bila dibanding kondisi saat bulan Ramadhan kemarin, berkisar Rp 1.500 – Rp 1.600 per butirnya.

“Iyah kak, naik lagi Rp 100 – 150 per butirnya. Kami pun mau tak mau harga jual harus dinaikkan. Kalau enggak, untung kami mana? Lagian jual telur ini tak terlalu banyak untungnya. Soalnya, telur tidak bisa bertahan lama, bisa busuk,” tutur Alex, salah seorang pedagang telur di pasar tradisional Dwikora.

Namun Alex tidak ingin berspekulasi tentang penyebab kenaikan harga telur tersebut. Ia mengatakan harga telur tetap bertahan mahal dikarenakan harga pakan ternak yang sudah naik sebelumnya.

Baca Juga: Astaga! Harga Beras Kembali Melonjak, Pedagang Siantar Gelisah

“Kenaikan harga telur akibat biaya produksi yang tinggi. Harga pakan, kata pemasok telur waktu memasok barang ke tempat kami yang menjadi penyebab harga telur tetap bertahan mahal,” ungkap Alex.

Akibatnya, tambah Alex, tingkat konsumsi telur sebagian masyarakat di wilayah Kota Pematang Siantar menurun sehingga mengurangi porsi pembelian yang biasanya dilakukan.

Ataupun masyarakat terpaksa memilih mencari lauk lainnya sebagai pengganti daging ayam ataupun telur untuk menu keluarga di rumahnya.

“Di selang selingi lah. Misalnya, hari ini ayam sedang mahal, belinya dikurangi. Biasanya dua kilogram, sekalian untuk stok dirumah, sekarang dikurangi 1,5 kilogram aja. Telur juga begitu, biasanya masak nasi goreng 2-3 butir, jadi dikurangi, tidak segitu lagi,” ungkap Mirnawati, warga Tomuan, Kota Pematang Siantar.

Baca Juga: Ayam Potong di Deli Serdang Terus Merangkak Naik

Meski demikian beberapa pengusaha kuliner yang menjadi pelanggan penjual daging ayam masih bertahan menjaga ukuran setiap potongan, kendati harus mengurangi jumlah pembelian.

“Kami tidak mau mengurangi kwalitasnya, jadi kalau ukurannya harus tetap. Misalnya ayam sekilo dipotong 8-10, maka saat ini pun tetap sama walaupun harganya masih mahal. Hanya saja kamin tak mau nyetok banyak, secukupnya saja,” kata Mirnawati. (Yetty)

Related Articles

Latest Articles