8 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Ekspor Anjlok, Pengamat: Sumut Hadapi Tantangan Perlambatan dan Resesi Negara Lain

Medan, MISTAR.ID

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara mencatat nilai ekspor melalui pelabuhan muat di wilayah itu pada bulan April 2023 mengalami penurunan dibandingkan Maret 2023, yaitu dari US$910,39 juta menjadi US$698,02 juta atau turun sebesar 23,33 persen.

Apabila dibandingkan dengan April 2022, ekspor Sumut mengalami penurunan sebesar 45,93 persen.

Golongan barang yang mengalami penurunan nilai ekspor terbesar pada April 2023 terhadap Maret 2023 adalah golongan lemak dan minyak hewan/nabati yaitu turun sebesar US$104,88 juta (-28,12 persen). Sedangkan golongan barang yang mengalami kenaikan nilai ekspor terbesar adalah golongan ampas/sisa industri makanan sebesar US$3,84 juta (6,94 persen).

Baca juga: Kementerian Keuangan Sokong Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) untuk Masuk ke Pasar Ekspor

Tercatat juga ekspor ke Tiongkok pada April 2023 merupakan yang terbesar yaitu US$112,24 juta, diikuti Amerika Serikat sebesar US$85,49 juta dan India US$57,06 juta, dengan kontribusi ketiganya mencapai 36,50 persen.

Menanggapi data tersebut, Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, ekspor Sumut tengah anjlok. Ini ditambah dengan memburuknya kondisi ekonomi global khususnya mitra dagang Sumut seperti China, Pakistan, Amerika Serikat (AS) dan Eropa akan memicu tekanan pada kinerja ekonomi Sumut.

“Sebelumnya saya memperkirakan, ekonomi Sumut akan tumbuh dalam rentang 3,2-4 persen di tahun 2023 ini. Akan tetapi, kemungkinan skenario ekonomi Sumut tumbuh di rentang angka yang paling kecil atau bahkan di bawahnya cukup terbuka. Sehingga proyeksi pertumbuhan ekonomi Sumut saat ini lebih suram dibandingkan dengan proyeksi saya sebelumnya,” kata Gunawan, Selasa (13/6/23).

Dilanjutkan, dari hasil pemantauan perkembangan dunia usaha, sejumlah lapangan usaha seperti sektor pertanian, industri pengolahan dan pertambangan berpotensi terkoreksi di kuartal kedua (Q2) tahun ini.

Baca juga: Kemenperin Yakin Ekspor Manufaktur Kembali Meningkat

Pada sisi sektor telekomunikasi dan perdagangan besar/eceran berpeluang mencatatkan pertumbuhan di Q2. Namun sayangnya, angka pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan dengan kuartal yang sama di tahun lalu.

“Sejauh ini saya melihat, produksi di banyak perusahaan dan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) turun di kuartal kedua ini. Dengan penurunan produksi tersebut, maka menurut harga konstan pertumbuhan ekonomi Sumut secara kuartalan (Q1 ke Q2) di semester 2 tahun ini akan tumbuh 0,7 hingga 1 persen,” imbuh Gunawan.

Maka, pada pertumbuhan kuartalan sebesar itu tidak akan cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Sumut ke angka 4 persen di tahun 2023. Ada 3 kuartal tersisa, dimana Sumut membutuhkan pertumbuhan setiap kuartal di atas 1,5 persen, agar PDRB tumbuh 4 persen di tahun ini. Akan tetapi mengharapkan pertumbuhan sebesar itu bukan hal yang mudah diwujudkan.

“Jadi, saya pikir Sumut menghadapi tantangan perlambatan dan resesi ekonomi eksternal (negara lain). Harga komoditas Sumut tengah mengalami tekanan hebat. Produksi dari produk pertanian maupun peternakan dan perikanan berpeluang mengalami penurunan. Seiring dengan melambatnya ekspor, gangguan cuaca hingga pengurangan atau pengendalian pasokan. Nah, kalau berbicara harga komoditas perkebunan, seperti sawit dan karet masih berpeluang turun dari posisinya saat ini,” terang Gunawan.

Baca juga: Ekspor Pasir Laut Kembali Dibuka, Ada Apa?

Ancaman ekonomi eksternal ini, sambungnya akan memberikan pukulan keras bagi ekonomi Sumut. Di sisi lain, sumbangsih terbesar 30 persen pertumbuhan ekonomi Sumut dari Kota Medan akan terpukul oleh melambatnya sektor jasa hotel dan resto. Ini ditambah dengan perlambatan pada sektor manufaktur dan perdagangan.

“Kinerja ekonomi di semester I  ini akan menjadi pembuktian dan pengukur kinerja selanjutnya. Kuncinya ada di perdagangan, harga komoditas unggulan khususnya perkebunan, serta kinerja ekspor. Jadi harapannya ada di belanja rumah tangga yang tercermin dari perdagangan besar/eceran dan bergantung bagaimana peran pemerintah dalam menjaga daya beli seperti lewat program bantuan sosial (bansos) nya,” tutup Dosen Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) ini. (anita/hm16)

 

 

Related Articles

Latest Articles