14.7 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Turki Makin Krisis, Ternyata ini Penyebabnya

Ankara, MISTAR.ID

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, kembali membuat mata uangnya babak belur. Pada Jum’at kemarin, nilai mata uang Turki Lira, melemah delapan persen hingga menyentuh angka 17,0705 per dolar AS yang merupakan rekor terendah dalam sejarah.

Hal ini merupakan akibat dari rencana tidak lazim Presiden Erdogan yang memangkas suku bunga bank untuk menghadapi lonjakan harga barang di pasar.

Bank Sentral Turki, TCMB kemudian langsung mengintervensi pasar dengan membeli Lira demi menahan laju pelemahan nilai mata uangnya. pada 11.16 GMT, kerugian Lira berada pada level 16,5 per dolar AS.

Baca Juga:Presiden Turki Erdogan: Media Sosial Ancaman Bagi Demokrasi

Namun, pada level ini, Lira masih kehilangan 55% dari nilainya tahun ini yang 37% di antaranya hanya dalam waktu 30 hari. Kondisi ini cukup meresahkan bagi para pelaku pasar di negara berkembang ini.

Kebijakan Erdogan yang mendorong penurunan suku bunga acuan hingga 500 basis poin sejak September, telah membuat lonjakan inflasi di atas 21%. Ekonom memprediksi, angka ini akan menembus 30% di tahun depan, menyusul gelembung harga impor dan kenaikan darurat dalam upah minimun.

“Dengan Erdogan tampaknya menjadi lebih mengedepankan sikap anti-suku bunga (tinggi), semakin lama krisis mata uang berlangsung, Turki bisa berada di luar titik tidak bisa kembali,” kata Patrick Curran dari Tellimer, yang menggambarkan posisi mata uang Turki yang tidak biasa seakan terputus dari Fundamental, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (18/12/21).

Baca Juga:Turki akan Usir 10 Dubes Negara Barat yang Desak Pembebasan Tokoh Filantropis

“Kami masih belum siap untuk menangkap pisau yang jatuh,” katanya tentang kemungkinan berinvestasi kembali dalam aset Turki. “Selama Erdogan memimpin, tidak ada yang bisa mencegah lira terus terdepresiasi.”

Jatuhnya mata uang Turki, akan berimbas dengan cepat dan menyakitkan ketika masyarakat Turki menyaksikan tabungan dan pendapatan mereka menghilang nilainya.

Presiden Turki telah mengumumkan kenaikan upah minimum sebesar 50% menjadi 4.250 lira atau setara US$ 275 per bulan tahun depan. Namun, kebijakan ini diprediksi akan meningkatkan inflasi secara keseluruhan sebesar 3,5 hingga 10 poin.

Kenaikan upah minimum akan mempengaruhi sekitar enam juta pekerja tetapi, mengingat depresiasi lira yang tajam, upah minimum yang baru masih lebih rendah dari yang setara dengan US$380 setahun sebelumnya.(cnbcindonesia.com/hm01)

Related Articles

Latest Articles