12.6 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Perebutan Takhta Kerajaan Arab dan Tudingan Pengguna Narkoba Kepada Pangeran bin Nayef

Jakarta, MISTAR.ID

Mantan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Nayef sempat dituduh memakai narkoba ketika dia memegang gelar putra mahkota. Tudingan ini disebut-sebut sebagai upaya untuk melengserkan dia dan menggantinya dengan Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) sebagai Putra Mahkota atau calon penerus Raja.

Raja Salman resmi mengangkat bin Nayef menjadi putra mahkota pada 2015 lalu. Beberapa tahun kemudian, ia dituduh memakai narkoba. Langkah ini dilakukan untuk memperkuat dukungan perubahan radikal dalam suksesi.

Menurut seorang rekan keluarga kerajaan beberapa pangeran senior diberi tahu bahwa Nayef tak layak menjadi raja karena masalah narkoba, demikian dikutip The New York Times.

Baca juga:Kematian Tiga Pangeran Arab Saudi Diduga Karena Covid-19

Nayef kemudian terpaksa mundur karena dianggap kecanduan obat penghilang rasa sakit, demikian dikutip Reuters.

“Raja datang menemui MbN (Mohammed bin Nayef) dan mereka berdua di ruangan itu. Dia [Raja Salman] mengatakan kepadanya: ‘Saya ingin Anda mundur, Anda tak mendengarkan saran untuk perawatan atas kecanduan Anda yang berbahaya dan mempengaruhi keputusan Anda’,” kata salah satu sumber dekat bin Nayef.

Sejauh ini, tak ada informasi lebih lanjut apakah Mohammed bin Nayef betul-betul menggunakan narkoba atau tidak.

Namun, seorang teman dekat Mojammed bin Nayef pernah mengungkapkan kekhawatirannya perihal masalah kesehatan mantan Putra Mahkota Saudi itu selama beberapa tahun belakangan.

Mantan pejabat Badan Intelijen AS (CIA) yang merupakan teman dekat bin Nayef, Bruce Riedel, mengatakan sang pangeran kerap mengalami rasa sakit dan terdapat tanda stres pascatraumatik.

Baca juga :Arab Saudi-AS Bentrok Akibat Pemotongan Minyak OPEC+

Kondisi itu memaksa ia menggunakan obat-obatan sehingga membuat teman-teman dekatnya khawatir ia kecanduan obat.

“Bukti yang saya dapati bahwa ia lebih menderita karena upaya pembunuhan daripada yang ia akuinya dan bahwa ia berupaya melakukan pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit yang membuatnya jadi kecanduan,” kata Riedel kepada The New York Times.

Beberapa media melaporkan detik-detik penyerahan gelar putra mahkota ke MbS. Bin Nayef disebut mengalami sejumlah represi.
Keadaan itu bermula pada Juni 2017. Ketika itu, kerajaan memanggil bin Nayef untuk menghadiri sebuah pertemuan di istana Raja Salman di Mekah.

Baca juga:Pangeran Arab Abdullah Bin Faisal Divonis 30 Tahun Penjara dalam Kasus Perencanaan Penahanan Sesama Pangeran

Menurut salah satu sumber, saat bin Nayef tiba, pengawalnya diminta untuk menunggu di luar. Demi mencegah kebocoran, semua telepon seluler, termasuk milik pegawai istana juga disita penjaga MbS.

Penjaga gerbang bahkan menolak salah satu anggota senior keluarga kerajaan, yang berusaha masuk istana setelah kedatangan bin Nayef.

Bin Nayef kemudian dibawa ke sebuah ruangan yang berisi orang terdekat MbS, Turki Al-Sheikh. Sheikh terkenal sebagai sosok yang kasar, intimidatif, dan kerap hidup mewah.

Ia diduga mengurung bin Nayef di kamar selama berjam-jam. Sheikh juga menekan pangeran itu agar bersedia menandatangani surat pengunduran diri dan bersumpah setia kepada MbS.

Mulanya, bin Nayef menolak. Namun, salah satu sumber mengatakan ia mendapat ancaman jika tak mundur, anggota keluarga perempuannya bakal diperkosa.

Baca juga :Hubungan Saudi-AS Renggang, Putra Mahkota MbS Disebut Kerap Olok-olok Biden

Kunjungan Utusan AS Bidang LGBTQI+ ke RI Ditolak MUI, Apa Agendanya?
Selain itu, bin Nayef akan dikirim ke rumah sakit jika enggan menyerahkan gelar putra mahkota. Malam itu, bin Nayef sangat ketakutan, ia bahkan menolak minum khawatir air yang disediakan mengandung racun.

Bin Nayef kemudian diizinkan berbicara dengan dua pangeran di Dewan Kesetiaan, badan kerajaan yang meratifikasi garis suksesi. Namun, ia kaget ketika mengetahui mereka sudah mengajukan MbS menjadi putra mahkota.

Menjelang fajar, semuanya berakhir. Bin Nayef diminta masuk ke kamar, tempat MbS menunggu. Di sini, ia menyerahkan jabatan putra mahkota itu dan menyampaikan sumpah setia ke MbS.

Namun, di tempat itu ada orang yang menenteng senjata.

“Saat saya berjanji setia, ada senjata di punggung saya,” kata Nayef dalam sebuah pesan yang ditujukan untuk penasihatnya, seperti dikutip dari The Guardian. (cnn/hm06)

Related Articles

Latest Articles