12.5 C
New York
Saturday, April 20, 2024

Minyak Terpuruk di Tengah Ketakutan Bank-bank Eropa

New York, MISTAR.ID

Harga minyak terpuruk lebih rendah di akhir perdagangan Jumat waktu setempat atau Sabtu (25/3/23) pagi WIB karena saham-saham perbankan Eropa jatuh dan setelah Menteri Energi AS Jennifer Granholm mengatakan pengisian ulang Cadangan Minyak Strategis (SPR) negara itu mungkin memakan waktu beberapa tahun, meredam prospek permintaan.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei turun 70 sen atau 1,0 persen, menjadi menetap di 69,26 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei jatuh 92 sen atau 1,21 persen, menjadi ditutup pada 74,99 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Baca Juga: Kekhawatiran Bank Picu Jatuhnya Harga Minyak

Kedua harga acuan minyak mentah naik minggu ini karena gejolak sektor perbankan mereda. Brent berjangka terangkat 2,8 persen dalam seminggu, sementara minyak mentah berjangka AS melonjak 3,8 persen. Pekan lalu, kedua harga acuan membukukan penurunan terbesar dalam beberapa bulan.

“Kami mengikuti hambatan ekonomi makro, dan ada korelasi yang baru ditemukan dengan ekuitas,” kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York.

Saham perbankan merosot di Eropa dengan Deutsche Bank dan UBS Group dihantam oleh kekhawatiran bahwa masalah terburuk di sektor ini sejak krisis keuangan 2008 dapat bertahan.

Baca Juga: Bursa Asia- Pasifik Kembali Terkoreksi, Nikkei-Hang Seng Dibuka Ambruk

Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengadakan pertemuan tak terjadwal dengan Dewan Pengawas Stabilitas Keuangan pada Jumat pagi (24/3/2023).

Indeks dolar naik 0,6 persen terhadap enam mata uang utama lainnya, yang juga menekan minyak, membuat minyak mentah lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Gedung Putih mengatakan pada Oktober akan membeli kembali minyak untuk SPR ketika harga berada di atau di bawah sekitar 67-72 dolar AS per barel.

Baca Juga: Uni Eropa Dukung Teknologi Bersih, Kurangi Ketergantungan pada China

Pada Kamis (23/3/2023), Granholm mengatakan kepada anggota parlemen bahwa akan sulit untuk memanfaatkan harga rendah tahun ini untuk menambah stok, yang berada pada level terendah sejak 1983 setelah penjualan diperintahkan oleh Presiden Joe Biden tahun lalu.

Minyak menarik beberapa dukungan dari ekspektasi permintaan yang kuat dari China. Goldman Sachs mengatakan permintaan komoditas-komoditas melonjak di importir minyak terbesar dunia, dengan permintaan minyak mencapai 16 juta barel per hari.

Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pemotongan yang sebelumnya diumumkan sebesar 500.000 barel per hari (bph) dalam produksi minyak Rusia akan berasal dari tingkat produksi 10,2 juta bph pada Februari, kantor berita RIA Novosti melaporkan.

Itu berarti Rusia bertujuan untuk memproduksi 9,7 juta barel per hari antara Maret dan Juni, menurut Novak, pengurangan produksi yang jauh lebih kecil daripada yang ditunjukkan Moskow sebelumnya.(Ant/hm02)

 

Related Articles

Latest Articles