13.2 C
New York
Wednesday, April 17, 2024

Bursa Asia- Pasifik Kembali Terkoreksi, Nikkei-Hang Seng Dibuka Ambruk

Jakarta, MISTAR.ID

Bursa Asia-Pasifik dibuka kembali terkoreksi pada perdagangan Selasa (14/3/23), karena investor masih khawatir dengan dampak dari krisis yang dialami oleh Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank di Amerika Serikat (AS).

Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka ambles 1,35%, Hang Seng Hong Kong merosot 0,95%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,28%, Straits Times Singapura tergelincir 0,99%, ASX 200 Australia ambruk 1,87%, dan KOSPI Korea Selatan melemah 0,87%.

Dari Australia, sentimen konsumen tetap tertahan pada tingkat yang secara historis tertekan pada Maret 2023, di tengah kekhawatiran atas inflasi dan suku bunga, dengan selera untuk membeli barang-barang besar sangat lemah.

Baca juga:Saham Sea Singapura Melonjak dan Raih Keuntungan Pertama Pasca Pemotongan Biaya

Indeks sentimen konsumen Westpac-Melbourne Institute tidak berubah pada bulan ini, setelah sebelumnya sempat turun 6,9% pada Februari lalu. Pembacaan indeks 78,5 berarti pesimis jauh lebih banyak daripada optimis.

“Indeks yang dibaca di bawah 80 jarang terjadi, pembacaan berurutan bahkan lebih jarang. Kejutan COVID dan Krisis Keuangan Global hanya melihat satu bulan sentimen di level ini,” kata kepala ekonom Westpac Bill Evans, dikutip dari Reuters.

Hasilnya diikuti oleh survei mingguan dari ANZ yang menunjukkan penurunan 2,9% ke level terendah sejak April 2020, ketika pandemi menutup sebagian besar negara.

Pasar mengira dua kenaikan suku bunga lagi mungkin terjadi, sampai gejolak di sektor perbankan AS secara radikal mengubah pemikiran tentang pengetatan kebijakan di seluruh dunia.

Bursa Asia-Pasifik pada pagi hari ini cenderung mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang ditutup berjatuhan, karena investor khawatir dengan krisis SVB yang dapat mempengaruhi perekonomian global.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,28% dan S&P 500 juga ditutup turun 0,15%. Hanya indeks Nasdaq Composite yang ditutup menguat 0,45%.

Bursa Wall Street bergerak sangat volatil sejak awal perdagangan kemarin. Ketiga bursa semula dibuka di zona hijau tetapi kemudian bergerak beragam. Lima menit kemudian semua indeks bergerak di zona merah.

Indeks Dow Jones dan S&P ambruk karena pasar masih khawatir dengan krisis yang menimpa SVB dan Signature Bank. Di sisi lain, krisis pada kedua bank diperkirakan akan membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) melunak dalam menaikkan suku bunga.

Signature Bank diambilalih otoritas keuangan AS pada Minggu lalu, setelah adanya penarikan dana besar-besaran pada nasabah hingga mencapai US$ 10 miliar.

Bank yang memiliki banyak nasabah di sektor real estate tersebut memiliki aset senilai US$ 110, miliar dan simpanan sebesar US$ 88,59 miliar per akhir 2022.

Akibat dari penutupan dua bank, sektor finansial di AS menjadi sektor yang paling merah kemarin.

Perdagangan beberapa saham perbankan bahkan harus dihentikan beberapa kali karena volatilitas yang sangat tajam.

Baca juga:Bursa Saham Kembali Dibayangi Tekanan

Bank-bank besar AS kehilangan nilai pasar lebih dari US$ 70 miliar kemarin dalam hal nilai market saham. Total nilai market yang hilang diperkirakan menyentuh US$ 170 miliar sejak Kamis pekan lalu.

Menyusul terjadinya krisis pada SVB dan Signature Bank, Presiden AS Joe Biden menggelar konferensi pers pada Senin siang waktu setempat.

Biden memastikan jika pemerintah akan melakukan semua upaya untuk menjamin dana nasabah.

Pernyataan Biden tersebut berselang beberapa jam setelah Menteri Keuangan AS, The Fed, dan Lembaga Penjamin Simpanan FDIC mengeluarkan pernyataan bersama.

Namun, pernyataan tersebut belum mampu menekan kekhawatiran nasabah dan investor.

“Warga AS bisa meyakini jika sistem bank (AS) aman. Simpanan Anda akan tetap di sana sampai Anda membutuhkannya. Kami bisa yakinkan kepada Anda jika kami tidak akan berhenti di titik ini. Kami akan melakukan apapun yang dibutuhkan,” tutur Biden, dikutip dari Reuters.

Baca juga:Bursa Asia Melemah, Mengekor Wall Street

Biden juga menegaskan jika pemerintah AS akan melakukan langkah cepat sepanjang pekan ini untuk memastikan sistem perbankan tetap berjalan aman.

Dia juga akan menemui kongres AS dan regulator lain untuk memperkuat aturan perbankan.

Analis dari Cherry Lane Investment, Rick Meckler, penyataan Biden dan kesepakatan bersama otoritas lain membuat pelaku pasar berpikir dua hal.

“Ketika ada langkah besar yang diambil dan dengan waktu yang cepat, yang terlintas pertama mungkin adalah bahwa krisis akan teratasi. Namun, kemudian kita berpikir sebenarnya krisis ini sebesar apa sampai harus diambil penanganan yang sangat besar,” tutur Meckler, dikutip dari Reuters. (cnbc/hm06)

Related Articles

Latest Articles