9.9 C
New York
Sunday, April 28, 2024

Dolar Melemah, Namun Berada di Jalur Terbaik

Washington, MISTAR.ID

Meskipun nilai tukar dolar AS melemah, namun posisinya berada di jalur untuk membukukan tahun terbaiknya sejak 2015 pada Jumat waktu setempat, di hari perdagangan akhir tahun yang didominasi kenaikan suku bunga Federal Reserve dan kekhawatiran akan perlambatan tajam dalam pertumbuhan global.

Menjelang akhir tahun 2022, dolar bersiap untuk membukukan kenaikan tahunan 7,9 persen terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya – lompatan tahunan terbesar dalam tujuh tahun.

Tetapi, dolar telah memangkas kenaikannya dalam beberapa pekan terakhir karena investor mencari tanda-tanda kapan siklus kenaikan suku bunga Fed akan berakhir.

Baca Juga: KPK Sita Uang Dolar Singapura Hingga Euro Terkait Kasus Rektor Unila

The Fed telah menaikkan suku bunga dengan total 425 basis poin sejak Maret dalam upaya untuk mengekang lonjakan inflasi.

Dengan likuiditas yang lebih rendah karena liburan, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun sekitar 0,433 persen hari ini di 103,530.

“Saya pikir semua orang berjuang dengan pertanyaan apakah masalah besar di tahun 2023 adalah pertumbuhan yang lemah atau inflasi yang membandel,” kata Adam Button, kepala analis mata uang di ForexLive. “Jika pertumbuhannya lemah, dolar AS akan jatuh. Jika inflasinya tinggi, maka dolar AS akan menguat.”

Baca Juga: Dolar Menguat Terhadap Yen, Terkerek Lonjakan Imbal Hasil Obligasi Pemerintah AS

Euro naik 0,34 persen hari ini menjadi 1,0697 dolar, dengan laju kerugian tahunan 5,9 persen versus dolar, dibandingkan dengan penurunan 7,0 persen tahun lalu. Kombinasi dari pertumbuhan zona euro yang lemah, perang di Ukraina dan sikap hawkish The Fed telah menempatkan euro di bawah tekanan tahun ini.

“Suku bunga yang lebih tinggi dipasangkan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat membantu menarik aliran ke kawasan euro, tetapi semua itu berisiko, terutama jika harga energi naik lagi, atau (Bank Sentral Eropa) mulai menjadi kurang hawkish,” kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Corpay, dikutip dari Reuters.

Baca Juga: Pentingnya “Digital Trust” dalam Aktivitas Ekonomi di Ranah Digital

Pound Inggris terakhir naik 0,09 persen pada 1,2063 dolar, dengan laju penurunan tahunan 10,8 persen.

Dolar Australia, dilihat sebagai proksi likuid untuk selera risiko, naik 0,41 persen menjadi 0,681 dolar AS, tetapi akan turun 6,4 persen pada tahun ini secara keseluruhan.

Yuan di pasar luar negeri China turun 0,73 persen terhadap dolar AS pada 6,9215. Yuan jatuh 8,7 persen tahun ini, dirugikan oleh kekuatan dolar dan perlambatan ekonomi domestik.

Baca Juga: Ekonomi Singapura Diramal Kena Efek ‘Gelapnya Dunia’

Optimisme tentang pembukaan kembali China setelah tiga tahun pembatasan ketat Covid-19 telah diredam oleh lonjakan infeksi yang mengancam lebih banyak gangguan ekonomi.

Jan Von Gerich, kepala analis di Nordea, mengatakan pembukaan kembali China “akan menjadi sumber volatilitas.”

“Tetapi ketika kita melewati itu, ketika kita benar-benar mendapatkan dampak ekonomi yang benar-benar positif, saya pikir itu akan meningkatkan selera risiko secara global,” katanya.

Dolar AS turun sekitar 1,63 persen terhadap yen Jepang, pada 130.860. Sikap ultra-dovish bank sentral Jepang membuat dolar bersiap untuk naik 13,7 persen versus yen tahun ini, dalam kinerja terburuk yen sejak 2013.

Franc Swiss stabil terhadap dolar, di 0,923. Bank Sentral Swiss (SBN) meningkatkan jumlah mata uang Swiss yang dijualnya pada kuartal ketiga tahun 2022, kata bank sentral pada Jumat (30/12/2022), menunjukkan bahwa fokusnya telah beralih dari membendung kekuatan franc ke memerangi inflasi.

Di pasar uang kripto, bitcoin terakhir turun 0,26 persen menjadi 16.550 dolar AS, merosot lebih dari 64 persen sejauh tahun ini.(antara/hm02)

 

Related Articles

Harga Emas Makin Bersinar, Dolar Melemah

Latest Articles