29.2 C
New York
Thursday, May 9, 2024

Gen Z Wajib Paham Tiga Aspek Ini Dalam Berinvestasi Saham

Medan, MISTAR.ID

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), saat ini penduduk usia Gen Z di Indonesia mendominasi populasi. Ada sekitar 27,94% penduduk di dalam negeri berasal dari generasi kelahiran 1997-2012, atau orang-orang yang berusia 10-24 tahun. Jumlahnya ada sebanyak 68.662.815 jiwa hingga 31 Desember 2021.

Menariknya, Gen Z yang berada di bawah kelompok usia milenial ini, memiliki karakteristik paling cepat beradaptasi dengan teknologi ketimbang generasi-generasi sebelumnya. Bahkan dari sisi finansial, Gen Z lebih cenderung memprioritaskan bagaimana cara mencapai kekayaan.

Hal ini berkaitan dengan mayoritas Gen Z yang sudah semakin terbuka dan secara bertahap mulai meningkatkan literasi finansial.

Baca Juga:Legenda Pasar Modal Indonesia Bagikan Ilmu Saham ke Pengusaha Medan

“Dengan karakteristik ini, investasi saham di pasar modal menjadi pilihan yang menarik bagi mereka, karena investasi saham dapat dilakukan secara online, sehingga dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun. Oleh sebab itu, Gen Z akan dengan cepat mempelajari cara berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), diikuti dengan memperhatikan aspek 3P (Paham, Punya, Pantau),” ungkap Kepala Kantor Perwakilan BEI Sumatera Utara, Pintor Nasution, Selasa (29/11/22).

Dijabarkan Pintor, 3 P tersebut yang pertama investor perlu untuk memahami tujuan investasi, termasuk dengan kondisi keuangan pribadi sebelum memulai investasi. Kemudian, investor perlu memahami bahwa setiap investasi mengandung keuntungan dan risiko.

“Oleh karena itu, penting bagi seorang investor untuk mengetahui profil risiko masing-masing. Apakah dia tergolong sebagai investor yang agresif, yang artinya investor sanggup menanggung risiko fluktuasi harga dalam jangka waktu pendek, serta tidak mudah panik jika investasi sahamnya suatu waktu mengalami penurunan atau depresiasi,” terang Pintor lagi.

Baca Juga:Xi Jinping Semakin Berkuasa, Saham Raksasa Teknologi China Rontok

Untuk itu, jika seorang investor cenderung moderat, maka investor tipe ini hanya bisa mengalokasikan sebagian dana investasinya pada instrumen saham. Sementara jika investor tersebut adalah  individu yang konservatif, porsi instrumen saham cenderung lebih sedikit dibandingkan instrumen lain seperti  reksa dana,   obligasi, surat utang negara (SUN) dan deposito yang tergolong instrumen dengan risiko yang lebih rendah.

“Langkah selanjutnya, mempunyai rekening investasi di perusahaan sekuritas yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta sudah memiliki pilihan instrumen investasi yang telah dipilih sebelumnya. Setelah menjadi nasabah perusahaan sekuritas, maka investor akan diajarkan cara bertransaksi secara  online menggunakan fasilitas sistem perdagangan milik perusahaan sekuritas tempat investor memiliki rekening efek. Lalu, investor bisa mempelajari kinerja perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperjualbelikan di BEI,” urainya.

Diingatkan Pintor, investor jangan lupa untuk tetap memantau portofolio investasi secara berkala, serta terus mempelajari informasi, berita perkembangan dan kinerja dari perusahaan yang berkaitan dengan produk investasi yang telah dipilih.

Baca Juga:Investor Pemula Wajib Kenal Indeks Saham

“Terakhir, investor perlu melakukan diversifikasi saham  untuk meminimalkan risiko. Sesuai pepatah investasi yang mengatakan, “jangan simpan telurmu dalam satu keranjang”, artinya jangan simpan semua uangmu pada satu jenis saham. Karena jika keranjang tersebut terjatuh, maka semua telur akan pecah, yang berarti jika saham yang kamu beli mengalami penurunan harga, semua uangmu akan terkoreksi nilainya,” pungkasnya.(anita/hm15)

Related Articles

Latest Articles