9.3 C
New York
Saturday, May 4, 2024

Lawa Pipi, Tradisi Larikan Kambing Jelang Kurban Iduladha

mbon,MISTAR.ID

Setiap pagi pada hari Kamis (29/6/23), takbir dan tahmid diucapkan untuk mengagungkan asma Allah. Namun, metode yang berbeda digunakan di Uli Halawang Negeri Hila  Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), Provinsi Maluku.

Warga Hila telah melakukan kebiasaan unik ini sejak lama. Setiap hari Iduladha, mereka selalu melakukan tradisi Lawa Pipi atau bawa lari kambing.

Warga setempat memikul kambing dan mengaraknya di sekitar kampung. Untuk melengkapi prosesi, takbir dan tahmid dilantunkan.

Kampung di sebelah utara Pulau Ambon itu mengucapkan pujian kepada Sang Pencipta. Dimulai dengan tahlilan oleh para pemuka agama, tokoh adat, kasisi masjid, dan masyarakat setempat, acara Lawa Pipi dimulai.

Baca juga : Tradisi Unik Idul Adha di Berbagai Negara

Aktivitas tersebut dilakukan di teras Rumah Tua Ollong. Tujuan tahlilin ini adalah untuk mendoakan para leluhur dan mengucapkan terima kasih kepada Sang Khalik.

Kambing temal—kambing kurban yang paling besar dan sehat—dikeluarkan pertama setelah tahlil. Hewan kurban lainnya diikutinya, dan dia digambarkan sebagai pengganti Nabi Ismail AS.

Hewan tersebut dipikul oleh para pemuda sambil berlari-lari kecil, yang merupakan ciri khas tradisi Lawa Pipi. Ini melambangkan rukun sa’i dengan melewati kampung dengan senang hati.

Setelah prosesi sa’i, dilakukan perjalanan tujuh putaran keliling Masjid Jami Uli Halawang Hila. Nama untuk istilah ini adalah thawaf.

Imam dan penghulu Masjid menyembelih “kambing temal” pada putaran terakhir. Tepat di belakang masjid, lokasinya sudah ditentukan.

Warga melempar uang logam atau kertas ke kambing temal saat disembelih untuk berniat baik dan menolak bala.

Kemudian uang yang dilempar itu akan dikumpulkan. Ini akan digunakan untuk membeli rempah-rempah dan memasak hewan kurban yang akan dibagikan kepada penduduk miskin.

Baca juga : Trik Masak Daging Biar Empuk

Dia mengatakan Lawa Pipi adalah tradisi keagamaan yang dilakukan warga Hila setiap Iduladha. Tradisi ini menggambarkan bagaimana melakukan haji di tanah suci.

Dia berkata, “Jadi ini cara leluhur kita, anak cucu Hila, menanamkan nilai-nilai spiritual ke kita. Kita harus bisa memaknai ibadah haji sebagai rukun Islam kelima.” (KBRN/hm19)

Related Articles

Latest Articles