12.9 C
New York
Sunday, April 21, 2024

Identik dengan Hari Kartini, Begini Sejarah Kebaya

Jakarta, MISTAR.ID

Peringatan Hari Kartini, yang jatuh setiap tanggal 21 April, menjadi momen penting bagi perempuan Indonesia. Pada hari itu, banyak perempuan memilih mengenakan kebaya atau pakaian adat daerah sebagai penghormatan terhadap Raden Ajeng (RA) Kartini Djojoadiningrat.

Tradisi mengenakan kebaya pada Hari Kartini terus dijaga hingga saat ini. Bahkan, seringkali kebaya menjadi sorotan dalam peragaan busana atau acara fashion show. Di balik estetika dan keunikan kebaya, tersimpan makna mendalam yang melambangkan peringatan akan Hari Kartini.

Bagaimana sebenarnya asal-usul kebaya sebagai busana adat yang erat kaitannya dengan Hari Kartini?

Kebaya sudah ada sebelum masa penjajahan Belanda. Diyakini kebaya muncul sekitar abad ke-15 atau ke-16 Masehi, seperti yang dijelaskan dalam laman Indonesiabaik yang dikelola oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Minggu (21/4/24), kata “kebaya” sendiri berasal dari bahasa Arab, yaitu “abaya”, yang artinya pakaian.

Baca juga: Kebaya Bikin Penampilan Elegan

Abaya dalam konteks Arab biasanya berbentuk jubah dengan pola satu warna. Kebaya kemungkinan datang dari Cina dan menyebar ke wilayah Selat Malaka, Sumatra, Jawa, Bali, dan Sulawesi.

Kebaya memiliki nilai dan pesan filosofis yang mengingatkan pada perjuangan wanita Indonesia. Sebagai pakaian khas perempuan, kebaya melambangkan kesederhanaan, keanggunan, kelembutan, dan keteguhan.

Dari berbagai busana tradisional Indonesia, kebaya ditetapkan sebagai pakaian adat nasional oleh Presiden Soekarno. Hal ini karena kebaya dianggap mampu merepresentasikan keanggunan perempuan Indonesia.

Related Articles

Latest Articles