7.5 C
New York
Tuesday, April 23, 2024

Mimpi Petani Muda Haranggaol di Saat Harga Bawang Merah Meroket

Simalungun, MISTAR.ID

Kenaikan harga komoditas bawang merah yang cukup tinggi, membuat sejumlah petani mulai menata mimpi. Di tengah keluhan para konsumen, meroketnya harga bawang merah, menjadi berkah tersendiri bagi para petani.

Salah satunya adalah, Arta Damanik (25), petani muda asal Nagori Bangun Saribu, Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun.

Keteguhan hatinya setelah cukup lama bertahan dalam menghadapi berbagai tantangan bercocok tanam bawang mulai memberikan secercah gambaran cerah.

“Sekarang disini harga bawang lagi mantap, satu kilo bawang super dihargai Rp45.000,” kata Arta dengan bangga, Selasa (23/4/24).

Baca juga: Ada 114 Kasus DBD di Simalungun Mulai Januari Hingga Maret 2024

Menurut Arta, dia sudah mulai menanam bawang merah sejak tujuh tahun lalu sebagai usaha utama, meneruskan tradisi pertanian keluarganya.

Arta menyadari, bahwa di dunia pertanian, harga sangat dipengaruhi oleh faktor tokeh (penampung), yang membuatnya sulit untuk menentukan harga pasti.

Meski demikian, sulung dari tiga bersaudara ini tetap bersyukur, karena kali ini ia bisa mendapatkan harga yang cukup tinggi untuk hasil panennya. Sebelumnya, ia hanya pernah merasakan harga tertinggi sebesar Rp25.000 per kilogram.

Diceritakannya, perjalanan serta tantangan yang dihadapi tidaklah mudah, terutama dari segi cuaca dan serangan hama.

“Tantangan paling berat ketika menanam bawang ialah cuaca. Karena ketika cuaca panas, tiba-tiba hujan berturut-turut akan mengakibatkan busuk akar sama daun kuning, jadinya mati semua bawang,” paparnya.

Tapi, Arta mengaku tidak pernah menyerah. Karena baginya, menanam bawang bukan hanya sekadar pekerjaan, tetapi juga bagian dari tradisi keluarganya.

“Tantangan terakhir, bawang bagus, harga tidak ada. Kalau menguntungkan itu tidak selamanya, malahan banyakan rugi. Tapi harus selalu disyukuri, selagi masih mau berusaha, gas saja lah,” katanya bersemangat.

Dalam menghadapi tantangan cuaca buruk dan serangan hama, Arta tidak pernah kehilangan harapan. Ia selalu menyemprot obat secara rutin untuk menjaga keberhasilan panennya.

“Ketika usaha itu tidak membuahkan hasil, tinggal berserah kepada Yang Maha Esa lah,” sebutnya.

Arta mengatakan pernah menjual bawang dengan harga yang sangat rendah, hanya Rp10.000 per kilogramnya. Pun begitu, ia tetap bertekad untuk terus berusaha. Arta bilang, untuk sekali menanam ia harus menyediakan sekitar 50 kilogram bibit bawang.

“Kalau panen bagus, hasilnya bisa mencapai 400 kilogram,” ujarnya.

Pasca panen, biasanya Arta memberi istirahat pada lahan selama sebulan sebelum menanam kembali.

“Kalau siap panen, ada jangka waktunya baru menanam ulang. Biar istrahat dulu tanahnya,” paparnya.

Baca juga: Berkaca Dari Kejadian di Karo, DPRD Minta Pemkab Simalungun Perhatikan Panatapan Parapat

Arta mengaku senang dengan harga bawang saat ini dan berharap harga tersebut dapat bertahan sampai waktu panen di bulan depan.

“Semoga dapat juga merasakan pas panen bulan depan. Harapannya harga obat-obatan untuk bawang turun harga. Dan petani bawang semakin sejahtera,” ucapnya.

Seperti diketahui, kenaikan harga bawang merah dimulai pada bulan Maret lalu. Bahkan pada masa lebaran Idul Fitri 2024 beberapa waktu lalu, pantauan mistar.id, di Pasar Tradisional Gambir di Deli Serdang, harga bawang mencapai Rp 12.000 hingga Rp13.000 per 250 gram atau seperempat kilogram.

Sebelumnya diberitakan, harga bawang merah di Pasar Tradisional Dwikora Pematangsiantar mencapai angka Rp60.000 per kilogram, Senin (22/4/24).

Pedagang bawang merah di Pasar Dwikora Mariana mengatakan setelah Lebaran Idul Fitri 1445 Hijriah, harga bawang merah memang mengalami kenaikan. Mariana pun tidak mengetahui pasti mengenai penyebab naiknya harga komoditas bawang merah di pasaran.(Indra/hm22)

Related Articles

Latest Articles