11.1 C
New York
Saturday, May 11, 2024

Dinkes Simalungun Ingatkan Warga Jangan Sepele Soal TBC

Simalungun, MISTAR.ID

Penyakit Tuberkulosis (TB/TBC) memiliki sejarah panjang dan masih menghantusi masyarakat Indonesia hingga saat ini. Masyarakat sering kali menganggap sepele penyakit disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis ini. Padahal, TBC menempati urutan ke-13 sebagai penyebab utama kematian di dunia.

Saat ini pemerintah Indonesia tengah gencar melakukan upaya pemberantasan penyakit TBC dan telah memasang target penyakit ini akan bersih dari Bumi Nusantara pada tahun 2030.

Eliminasi atau pengentasan penyakit TBC tahun 2030 juga pernah disampaikan Presiden Jokowi pada tahun lalu saat meluncurkan ‘Gerakan Bersama Menuju Eliminasi TBC 2030’ di Jawa Barat.

Baca juga: Perlambat Penuaan Kulit dengan 3 Cara

Sekaitan hal itu, Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun, Hamonangan Hanampun, menyampaikan tren TBC di Simalungun tergolong tidak begitu tinggi.

Soal program pencegahan juga terus dilakukan dan juga melakukan pendekatan kepada masyarakat.

“Untuk perkembangan kasus TBC di Kabupaten Simalungun tergolong stabil, karena progran-program pencegahan kita lakukan terus. Di tahun 2023 ada 1980 kasus TBC untuk di Simalungun,” ujar Koordinator P2PM Hamonangan, Jumat (2/2/24).

Dengan adanya program untuk Indonesia bersih TBC tahun 2030, lanjut Hamonangan, pihaknya saat ini juga tengah menjalin kerja sama dengan stekholder seperti pimpinan daerah.

“Upaya lain yang kita lakukan berkoordinasi dengan Dinkes Provinsi dan LSM. Ada memang LSM kita yang fokus pada penyakit TBC ini,” ungkap Hamonangan terkait program-program pengentasan TBC di Simalungun.

Baca juga: Kasus DBD di Simalungun Melonjak, Kadinkes Imbau Warga Lakukan Bersih-bersih

Untuk itu, Hamonangan juga berpesan kepada masyarakat jangan menyepelekan penyakit TBC. Ia mengatakan, jika alami batuk berdahak dengan kurun waktu yang cukup lama agar memeriksakan ke Faskes terdekat. Hal ini penting untuk mencegah perkembangan penyakit TBC.

“Kalau merasakan batuk-batuk selama dua minggu, periksakan saja. Nanti dahaknya akan diperiksa ada kumannya tidak. Paling penting itu kesadaran, masyarakat harus mau periksa kalau alami batuk selama dua minggu,” imbaunya lagi.

Sementara itu, melansir laman Kemenkes, dalam mengentaskan TBC di Indonesia tahun 2030, pemerintah juga telah menetapkan 4 strategi nasional untuk pengendalian.

Strategi pertama, menambah fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu mengidentifikasi TB. Saat ini jumlah fasyankes yang mampu mengidentifikasi TB masih terbatas, untuk itu pemerintah secara bertahap menambah dan lengkapi sarana dan prasarana yang mendukung proses identifikasi dan pengobatan TB.

Strategi kedua, memperkuat dan juga memperluas surveilans berbasis laboratorium.

Menkes menyampaikan, ke depan proses pemeriksaan TB tidak hanya menggunakan TCM, tetapi juga menggunakan laboratorium PCR yang tersebar di seluruh Indonesia dan memakai reagen produksi dalam negeri.

Baca juga: Cuaca Tak Menentu, Puskesmas Batu Anam Ingatkan Masyarakat Waspada DBD

Strategi ketiga, membentuk TB Army. Ini merupakan kegiatan pelacakan pasien initial Lost to Follow Up (iLTFU) TBC RO dengan melibatkan peran penyintas TB dan organsiasi TB.

TB Army pertama kali diinisiasi pada Oktober 2022 dan secara bertahap mulai dikembangkan di beberapa daerah.

Strategi terakhir adalah mengembangkan vaksin TB. Menkes menjelaskan bahwa saat ini pemerintah sedang mengembangkan 3 jenis vaksin TB. Ketiganya menggunakan teknologi yang berbeda-beda dan Indonesia dipastikan akan menjadi lokus uji klinis.

Bahkan, saat ini Kemenkes juga tengah melakukan penelitian bagi penerapan mekanisme baru pengobatan bagi pasien TB RO.

Sehingga pasien TB RO tidak perlu berobat selama 20 bulan, karena itu sangat sulit dan lama. Adanya mekanisme baru ini, pengobatan pasien TB RO bisa dipercepat. (Hamzah/hm22)

Related Articles

Latest Articles