19.1 C
New York
Monday, April 29, 2024

Ara Coffee Rostanik di Sidamanik, Dikirim ke Luar Kota Hingga India (2)

Simalungun, MISTAR.ID

Bertandang ke Ara Coffe Rostanik di Pangkalan Buntu Kecamatan Sidamanik Simalungun memang meninggalkan kesan dalam. Bagi penikmat kopi, pasti rasa ingin kembali lagi. Mencoba menikmati rasa kopi dengan racikan berbeda atau variasi kopi lain lagi.

Aroma kopi yang segar saat diolah di hadapan pelanggan mulai menggiling biji yang sudah disangrai dengan kadar air menyusut hingga 70 persen sehingga ketika biji kopi dikunyah terasa gurih dan garing. Kemudian diseduh hingga mendidih dengan peralatan khusus, membuat aroma kopi mengapung di penjuru warung.

Sering kali, menurut Bungalina Damanik didampingi suaminya Sahtua Tampubolon kepada Mistar, Selasa (8/9/20) kemarin berkisah bahwa proses ini sering membuat pelanggan tidak sabar. Betapa tidak, cara menuang air mendidih ke bubuk kopi memiliki teknik tersendiri. Misalnya, dituang perlahan, sedikit demi sedikit dengan perhitungan waktu tersendiri sehingga cita rasa kopi terserap air panas secara sempurna.

Baca juga: Ara Coffe Rostanik, Mengenal Kopi Natural Hingga Permentasi (1)

Namun bila kopi sudah tersaji di gelas dengan proses yang tepat, maka penikmat kopi dijamin ketagihan rasanya. Bahkan yang tak terlalu menyukai kopi bisa sangat terkesan dengan cita rasa kopi Ara Coffe Rostanik.

Bungalina Damanik menyebutkan nama-nama varian kopi yang disajikan di warungnya seperti Vietnam Drip atau V-60 karena memang alat peraciknya berbentuk huruf V sebesar 60 persen sebagai alat penyaring setelah bubuk kopi diseduh air panas. Ada juga French Press karena harus ditekan sehingga kopi yang diinginkan dihasilkan sempurna. Bila menggunakan seduhan kopi natural maka rasanya bisa terasa manis meski awalnya pahit. Lantas, bagaimana rasa kopi fermentasi?

Proses penjemuran secara natural kopi robusta sebelum diolah. (f:jelita/mistar)

“Kopi fermentasi lebih ribet cara pembuatannya tapi bila sudah berhasil rasanya seperti ada getir-getir dan enak. Jadi kalau ditanya rasanya maka cenderung seperti rasa anggur Vigour jaman dulu. Ternyata banyak juga penggemar kopi yang begitu,” katanya.

Baca juga: Saat Bisnis Kopi di Siantar Bergelut dengan Biji Arabica dan Edukasi Masyarakat

Ribetnya proses pembuatan kopi fermentasi, menurut Bungalina karena butuh waktu minimal 40 hari untuk bisa menghasilkan kopi fermentasi. Artinya sejak ceri merah hingga proses penjemuran kemudian silih berganti dibuka dan ditutup di wadah kedap udara, kemudian dibuka dan ditutup lagi hingga menghasilkan biji siap sangrai dan diseduh.

Benar saja, aroma kedua jenis biji kopi yang sudah disangrai berbeda dan rasa kopinya juga diakui Bungalina pasti berbeda. Lantas siapa saja penggemar kopi olahannya? Kebanyakan yang datang ke warungnya adalah anak muda. Tapi banyak juga dari luar kota. Bahkan, kopi kemasan yang dijualnya juga sudah dikirim ke berbagai kota di Sumut. Bahkan, ada pelanggan yang membawanya hingga ke India dan kemudian minta dikirimi lagi secara online.

Hal ini tentu saja menyenangkan hati karena ternyata rasa kopi robusta bisa diolah dengan baik untuk menghasilkan cita rasa menarik hingga menarik minat pelanggan tak sebatas daerah tapi juga negara. Semoga saja! (jelita/hm09)

Related Articles

Latest Articles