10.9 C
New York
Wednesday, April 24, 2024

Studi Sebut Individu yang Kehilangan Pasangan Lebih Berisiko Terkena Demensia Jangka Pendek

London | MISTAR.ID – Orang yang kehilangan pasangannya berpotensi menghadapi risiko lebih tinggi didiagnosis demensia dalam kurun waktu singkat setelah masa berkabung, menurut sebuah studi yang dirilis pada Kamis (14/11/19) oleh London School of Hygiene & Tropical Medicine.

Sebuah tim yang dipimpin oleh London School of Hygiene & Tropical Medicine mengeksplorasi kaitan antara kehilangan pasangan dengan risiko didiagnosis demensia, dan apakah periode waktu pascakematian memengaruhi risiko tersebut.

Para peneliti memeriksa rekam medis sekitar 200.000 individu di Inggris yang berusia 40 tahun ke atas dari tahun 1997 hingga 2017, dengan setengah di antaranya telah kehilangan pasangannya dan setengah lainnya tidak. Setelah mengamati para individu tersebut hingga 20 tahun, studi ini menyoroti peningkatan deteksi demensia yang dipicu oleh kematian pasangan.

Mereka menemukan bahwa ada peningkatan risiko didiagnosis demensia sebesar 43 persen dalam tiga bulan setelah kematian pasangannya, dengan 367 pasien yang berduka didiagnosis terkena demensia dalam kurun waktu ini dibandingkan dengan 254 yang tidak berduka.

Peningkatan ini masih terlihat setelah enam bulan, dengan para individu tersebut memiliki kemungkinan 24 persen lebih tinggi didiagnosis demensia dibandingkan dengan mereka yang tidak berkabung, menurut penelitian itu.

Namun tim tersebut mengatakan hal ini tidak berarti kematian pasangan menjadi penyebab langsung dari demensia itu sendiri.

“Kami berharap temuan ini akan membawa pemahaman yang lebih besar bahwa dalam periode waktu ini terdapat risiko tinggi untuk terdiagnosis demensia, sehingga ada sistem yang dapat diterapkan bagi para individu yang baru-baru ini berkabung, yang dapat mempercepat diagnosis dan meningkatkan kualitas hidup di masa mendatang,” tutur Dr. Harriet Forbes, penulis utama studi tersebut yang juga merupakan asisten profesor di London School of Hygiene & Tropical Medicine. Studi ini dipublikasikan di Journal of Alzheimer’s Disease.

Sumber: Antara/Xinhua
Editor: Luhut Simnajuntak

Related Articles

Latest Articles