27.4 C
New York
Friday, May 3, 2024

Pseudosains, Hal Tak Logis yang Muncul Usai Gempa Turki

Turki, MISTAR.ID

Penjelasan soal gempa di Turki yang terjadi pada Senin (6/2/23) ternyata tak selalu ilmiah bahkan sangat tak logis meski terkesan demikian. Dunia sains pun punya istilah untuk hal tersebut yakni pseudosains. Apa itu?

Sebelumnya, dua teori non-ilmiah muncul soal gempa yang merusak dan mengakibatkan banyak korban jiwa itu. Teori pertama berspekulasi, HAARP milik Amerika Serikat (AS) adalah penyebab gempa tersebut.

Di media sosial, akun Twitter @SnezhinaBoahen menyebut, kemunculan petir ketika gempa di Turki sebagai bukti teori tersebut. “Video ini menunjukkan petir yang menyambar, yang mana tidak normal saat gempa bumi, tetapi selalu terjadi saat operasi HAARP,” tulisnya.

Baca Juga: Angka Korban Gempa Turki-Suriah Lewati Korban Gempa Jepang 2011

Sejumlah pakar lalu bereaksi terhadap teori ini. Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengungkapkan, petir yang terjadi ketika gempa adalah hal lumrah.

Daryono juga menyebut, menghubungkan HAARP dengan gempa di Turki adalah “omong kosong”.

“Saat batuan kulit bumi mengalami/mendapat tekanan yang hebat dan sangat kuat, mendekati batas elastisitasnya, maka sebelum failure maka akan melepaskan gelombang elektromagnetik, dari sinilah awal cerita lightning during the earthquake, pencahayaan gempa. “seismoelectric effect,” tulis Daryono dalam akun Twitternya.

Baca Juga: Ini lima Alasan Mengapa Gempa di Turki Sangat Merusak

Teori kedua adalah konjungsi planet dengan Bumi. Teori ini diusung oleh Frank Hoogerbeets yang menyebut, gempa Turki terjadi karena hal tersebut.

Teori itu lalu dibantah oleh seismolog, Martijn van den Ende. Ia langsung membalas twit Hoogerbeets lewat akun Twitternya.

“Setiap orang yang membaca ‘prediksi’ ini, tolong jangan tertipu. Gempa bumi tidak dipicu oleh tata letak planet, dan tidak ada metode ilmiah untuk memprediksi gempa bumi,” kicau dia, Senin (6/2/23).

Baca Juga: 500 WNI Ternyata Tinggal di Lokasi Gempa Turki

Selain Ende, ada seismolog dari Imperial College London, Stephen Hicks yang mengungkapkan, Turki pada dasarnya merupakan sarang aktivitas seismik karena berada di dua patahan besar di Lempeng Anatolia.

Patahan tersebut adalah Patahan Anatolia Utara (Northern Anatolian Fault/NAF) yang melintasi Turki dari barat ke timur; dan Patahan Anatolia Timur (East Anatolian Fault/EAF)yang ada di wilayah tenggara negara itu.

Penjelasan Pseudosains
Dilansir New Scientist, Pseudosains adalah istilah yang mencakup semua topik yang mengaburkan batas antara pengetahuan yang benar dan tidak berdasar, mulai dari UFO hingga mitos, astrologi, dll.

Baca Juga: Gempa M 5,4 Guncang Jayapura Papua, 4 Orang Tewas

Astrologi menjadi salah satu topik pseudoscience yang cukup populer. Topik ini cukup dekat dengan bidang astronomi yang diakui secara keilmuan.

Namun beda astronomi dan astrologi terlihat jelas. Astronomi adalah ilmu yang mempelajari benda langit, sedangkan astrologi adalah ilmu hukum.

Astronomi lulus uji tajam sains nyata, sedangkan astrologi klaimnya selalu dapat dibantah, dengan kata lain, mereka dapat dipalsukan.

Filsuf, Karl Popper adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah ‘masalah demarkasi’ untu membedakan pseudosains dengan sains sungguhan.

Salah satu contohnya adalah membedakan teori relativitas umum Einstein pada 1919, dan pseudosains, seperti teori Freud, yang penganutnya hanya mencari bukti konfirmasi sementara mengabaikan kasus yang tidak sejalan dengan teorinya.

Dilansir dari Scientific American, teori Einstein mungkin telah dipalsukan seandainya data gerhana Matahari tidak menunjukkan defleksi cahaya bintang yang dibelokkan oleh medan gravitasi Matahari.

Teori-teori Freud, bagaimanapun, tidak pernah dapat dibantah, karena tidak ada hipotesis yang dapat diuji yang terbuka untuk disangkal. Dengan demikian, Popper dengan terkenal menyatakan “kepalsuan” sebagai kriteria pamungkas demarkasi.

Lebih lanjut, kita dapat membedakan sains dari pseudosains bukan dengan apa sains itu, tetapi dengan apa yang dilakukan para ilmuwan.

Sains adalah seperangkat metode yang ditujukan untuk menguji hipotesis dan membangun teori.

Jika komunitas ilmuwan secara aktif mengadopsi ide baru dan jika ide itu kemudian menyebar ke seluruh bidang dan dimasukkan ke dalam penelitian yang menghasilkan pengetahuan berguna yang tercermin dalam presentasi, publikasi, dan terutama jalur penyelidikan dan penelitian baru, maka kemungkinan besar itu adalah sains.(CNN/hm02)

Related Articles

Latest Articles