22.4 C
New York
Tuesday, May 21, 2024

Alasan Mengapa Politikus Suka Bohong dan Tetap Dipilih

MISTAR.ID

Menurut para ahli, kebohongan yang diucapkan oleh politikus memiliki efek mereduksi tingkat kepercayaan yang dimiliki oleh para pendukung mereka, meskipun tidak selalu mengakibatkan pemilih berpindah haluan. Orang seringkali hanya mempercayai apa yang sesuai dengan keyakinan mereka.

Pada periode antara Kamis (19/10/23) hingga Rabu (25/10/23), Komisi Pemilihan Umum (KPU) membuka masa pendaftaran pasangan calon presiden dan calon wakil presiden untuk Pilpres 2025. Hal yang mencolok, pada hari yang sama, Joko Widodo merayakan ulang tahun kesembilan sebagai Presiden RI dalam dua periode kepemimpinannya.

Para ilmuwan mengingatkan tentang kesenjangan antara janji politikus dan realitasnya. Penting untuk dicatat bahwa perbincangan ini bukan berlangsung di Indonesia, melainkan di Amerika Serikat, negara yang sering mengutamakan demokrasi sebagai alasan untuk intervensi.

Sebagai contoh, tim Cek Fakta The Washington Post menemukan bahwa Presiden Donald Trump, yang memenangkan Pilpres AS tahun 2016 telah membuat 30.573 kebohongan selama masa kepresidenannya, dengan rata-rata sekitar 21 klaim yang salah per hari.

Baca juga: Pesawat Jatuh di Kolombia Tewaskan 5 Orang Politikus

Penting juga untuk diketahui, dalam 100 hari pertama masa kepresidenannya Trump mengemukakan 492 klaim yang mencurigakan. Kemudian, 2 November 2020, sehari sebelum pemilihan Pilpres AS 2020, dia mengungkapkan 503 klaim palsu dalam upayanya untuk memenangkan kembali pemilu.

Menurut survei Ipsos Global Trustworthiness Monitor 2023, yang diketahui Jumat (20/10/23), pemerintah adalah sektor yang paling tidak dipercaya oleh masyarakat (45 persen), sementara sektor farmasi memiliki indeks kepercayaan tertinggi (34 persen).

Penelitian menunjukkan bahwa kebohongan adalah bagian dari keseharian manusia, bukan hanya politikus. Sebagai contoh, penelitian di Massachusetts Institute of Technology (MIT) menemukan bahwa rata-rata seseorang berbohong sekitar dua kali dalam sehari.

Kebohongan tersebut seringkali tidak berbahaya dan digunakan untuk menghindari ketidaknyamanan, menciptakan kesan yang baik, atau membuat orang lain merasa senang. Terlalu jujur dapat menciptakan situasi sosial yang canggung.

Related Articles

Latest Articles