28.7 C
New York
Thursday, May 9, 2024

Mesjid MTQ 1946 di Pondok Bungur, Pertama yang Menggelar Lomba Baca Alquran di Indonesia

Asahan, MISTAR.ID
Sebuah perkampungan di Kabupaten Asahan Sumatera Utara (Sumut) yakni Desa Pondok Bungur, diyakini sebagai lokasi pertama digelarnya Lomba Membaca Alquran di Indonesia bahkan di dunia, yakni pada tanggal 12 Februari 1946 atau bertepatan dengan tanggal 11 Rabiul Awal 1365 Hijriah.

Bangunan mesjid bernama Mesjid MTQ 1946 di desa ini menjadi salah satu bukti monumen sejarah bahwa di kampung tersebut menjadi lokasi pertama digelarnya Lomba Membaca Alquran, yang saat ini disebut sebagai Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ).

“Masjid ini dibangun sekitar tahun 70-an nama awalnya Mesjid Taqwa. Sekitar awal tahun 90 berubah nama menjadi Mesjid MTQ 1946 untuk mengingat sejarah itu,” kata Ketua Badan Kemakmuran Mesjid (BKM) MTQ 1946 Jafar saat berbincang dengan wartawan, Jumat (8/4/22).

Sejarah kelahiran MTQ pertama kali dilombakan di Asahan, kata Jafar, telah diteliti oleh mahasiswa Mesir dan terbitnya sebuah buku pada tahun 1989 berjudul ‘Peristiwa dan Sejarah Kelahiran MTQ Pertama’ yang disusun dan diterbitkan oleh Yayasan MTQ Pertama Indonesia oleh Nahar Alang Abd. Gani merupakan alumni Universitas Al Azhar Kairo.

Baca Juga:Pasar Takjil Simpang Enam Kisaran, Berdayakan Jemaah dan Remaja Mesjid

Jafar berkisah, perlombaan membaca Alquran saat itu diprakarsai oleh Muhammad Ali Umar ulama setempat, sekaligus pimpinan madrasah di kampung tersebut.

Ide untuk melombakan pembacaan Alquran itu sebenarnya sudah ada sejak tahun 1938, saat itu Ali Umar memimpin madrasah namun ditentang ulama lainnya.

“Karena kecintaan beliau terhadap Alquran, ia berinisiatif membuat perlombaan. Tapi tak berjalan mulus dan sempat ditentang karena lomba dianggap haram saat itu. Sampai-sampai sekolah yang dibukanya ditutup karena tidak didukung masyarakat,” kata Jafar.

Ditentang, Ali Umar tak surut semangat. Dikutip dari buku yang disusun Nahar Alang Abd Gani, dia kemudian mendirikan sebuah organisasi bernama Persatuan Agama Islam (PAI) pada tahun 1940 hingga pergi ke Kota Medan pada tahun 1946 sebagai pimpinan organisasi menghadiri konferensi Masyumi di Medan, salah satu lembaga agama Islam terbesar saat itu.

Baca Juga:Wagubsu Serahkan Mobil Jenazah untuk Mesjid Istiqomah Deli Serdang

“Sepulang dari konferensi itu, Ali Umar kembali ke kampung halamannya. Dibuatlah rapat lagi melalui organisasi PAI untuk mengisi kemerdekaan ini akan dilaksanakan peringatan Maulid Nabi dan perlombaan membaca Alquran,” sebutnya.

Gagasan kedua untuk melombakan pembacaan Alquran itu ternyata mendapat persetujuan dari salah seorang ulama berpengaruh saat itu, yakni Tahir Abdullah. Sebagai bentuk dukungan, ia sendiri yang menjadi sebagai dewan hakim (juri) perlombaan.

“Jadi lokasinya bukan di mesjid ini. Perlombaan MTQ dibuat di sekolah Ali Umar dulu, di kampung ini yang sekarang namanya desa Pondok Bungur,” kata Jafar.

Dikutip dari buku tersebut, lomba membaca Alquran itu diikuti oleh 20 orang peserta utusan dari 10 kampung. Kegiatan ini hanya berlangsung dua kali selama dua tahun berturut-turut hingga akhirnya berkembang ke berbagai daerah hingga sampai saat ini.

Baca Juga:Bupati Asahan: Mari Makmurkan Mesjid Jelang Ramadhan

Mesjid MTQ 1946

Pelaksanaan perlombaan membaca Alquran yang pertama kali digelar pada tahun 1946, saat itu melahirkan juara dari warga kampung setempat. Untuk kategori putra atas nama Nurdin dan putri atas nama Safira.

Pada awal tahun 90-an, ada keinginan dari Nurdin selaku pemenang MTQ pertama untuk meninggalkan bekas ataupun tanda bahwa di kampungnya pertama kali pernah dilaksanakan perlombaan membaca Alquran.

“Waktu itu beliau masih ada, jadi dibikinlah rapat. Sekitar awal tahun 90-an digagas oleh Pak Nurdin ini dalam rapat saat itu mengusulkan dibangunlah monumen untuk memperingati MTQ tahun 1946 itu,” kata Jafar.

Baca Juga:Sambut Ramadhan, Warga Gotong Royong Bersihkan Mesjid Al Hidayah BSP Lubuk Pakam

Usulan pembangunan monumen disetujui oleh seluruh pesera rapat, termasuk Muhammad Ali Umar. Namun, karena tak memiliki biaya, bersepakatlah mereka mengganti nama sebuah mesjid yang ada di kampung itu dari Mesjid Taqwa menjadi Mesjid MTQ 1946.

“Jadi monumennya Mesjid MTQ 1946 ini. Mula dibangun tahun 1970-an kemudian berubah nama di tahun 1990-an,” kata dia. Meski masuk dalam kategori bangunan tua, Mesjid MTQ 1946 ini tetap berdiri kokoh dan beberapa kali mengalami renovasi tanpa mengurangi struktur pondasi bangunan awal.

Sebelum masuk tiba ke teras mesjid, jemaah akan disambut gerbang gapura bertuliskan Mesjid MTQ 1946. Terdapat sebuah menara mesjid dengan tinggi belasan meter di bagian luarnya.

Sepintas, bangunan sama seperti bangunan mesjid kebanyakan pada umumnya. Namun, nilai sejarahnya yang belum banyak diketahui orang menjadikan mesjid ini simbol kebanggaan masyarakat Kampung Pondok Bungur sebagai lokasi digelarnya pertama kali MTQ di tahun 1946.(perdana/hm10)

Related Articles

Latest Articles