Wabah PMK Merebak, Peternak Rugi dan Sulit Pasarkan Sapi
Ternak sapi yang ada di Nagori Bosar Galugur. (f:abdi/mistar)
Simalungun, MISTAR.ID
Para peternak mengeluh akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di beberapa wilayah, termasuk di Nagori Bosar Galugur Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun.
Lantaran harga sapi jadi tidak stabil. Penurunan harga sapi bisa mencapai 50 persen. Peternak sapi dari Kecamatan Tanah Jawa, Awang Setia mengatakan sejak virus PMK merebak, tidak ada lagi orang yang membeli sapi.
Pihaknya mengakui harga sapi turun signifikan dari biasanya puluhan juta hanya dijual separuh harga.
"Sekarang tidak ada yang beli sapi. Harganya anjlok cuma Rp5.000.000 yang kecil-kecil yang agak besar ya Rp10.000.000 hingga Rp13.000.000," ujarnya kepada Mistar.id, Minggu (19/1/25).
Kejadian ini membuat peternak merugi besar. Karena sapi-sapi yang seharusnya sudah bisa dijual keluar daerah akhirnya tertahan di kandang.
"Sekarang ini paling yang ambil jagal sapi. Tapi harganya turun sekali," tandasnya.
Hal senada dikatakan peternak lainnya, Mukhtar Lubis berharap pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun segera mengambil langkah antisipasi.
"Kita berharap Dinas Pertanian memberikan sosialisasi tentang PMK dan cara untuk mencegahnya," harapnya.
Mukhtar mengatakan kita punya enam ekor sapi sama ada yang kecilnya itu dua.
"Kita sudah usaha ternak sapi dari tahun 2010 Pas tau ada penyakit PMK ini, kita merasa khawatir juga ya. Maka dari itu, maunya dari dinas terkait melakukan kontrol ke peternak-peternak yang ada di desa-desa," ujarnya.
Dikatakannya, pengetahuan para peternak tentang PMK masih sangat minim. Selama ini, lanjut Mukhtar, ketika hewan ternaknya mengalami penyakit ia memberikan ramuan tradisional.
"Paling kalau pas lagi sakit cuma kita kasih makan minum secukupnya aja, terus kita kasih ramuan tradisional juga. Seperti kita kasih minum air gula. Kalau misalnya sapinya makannya kurang nafsu," pungkasnya. (abdi/hm18)