Dukungan Orang Terdekat Jadi Obat Pemulihan Penyintas HIV/AIDS


Ilustrasi penyintas HIV/AIDS. (f:ist/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Dukungan dari orang terdekat, termasuk orang tua dapat menjadikan obat pemulihan penyintas HIV/AIDS. Kasus di Kota Pematangsiantar sedang menjadi perhatian setelah pada tahun 2024 mencapai 138 dan temuan baru di 2025 mencapai 50 kasus.
Kepala Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Pematangsiantar, Dedi Purwanto mengatakan menjadi penyintas HIV AIDS tentu tidak diinginkan oleh siapapun. Namun jika sudah terlanjur dinyatakan positif, itu bukanlah akhir dari segalanya. "Dukungan dari orang terdekat menjadi salah satu cara untuk pulih," ujarnya.
Dia menyebut memiliki support system dari keluarga yang baik. Baginya dukungan orang terdekat dan keluarga dibarengi dengan kebiasaan rutin mengonsumsi obat serta menjalani terapi ARV yakni jalan untuk pemulihan yang lebih cepat.
"Kalau ditanya kenapa bisa sesehat ini karena terapi ARV. Terapi tersebut sangat penting, kalau disuruh minum ya diminum. Diminum seumur hidup dan tepat waktu jangan sampai terlambat," katanya.
Jiro mengatakan kebanyakan orang terinfeksi kemudian sedih, mengurung diri dan tidak memiliki support system. Jika bertemu dengan teman-teman kita harus encourage. Bagaimana caranya pelan-pelan berbicara dengan keluarga atau kemudian mencari kelompok dukungan.
Penyintas HIV AIDS masih tetap bisa hidup layaknya orang-orang biasa, tentunya dengan niat dan kemauan besar agar bisa bangkit dan melawan penyakit yang belum ditemukan obatnya itu.
Seperti halnya, sudah sejak 2019 atau 6 tahun lalu, Jiro (bukan nama sebenarnya) pria yang berusia 29 tahun, warga Kota Pematangsiantar. Hidup sebagai pengidap HIV/AIDS.
"Ya saya mulai terdiagnosa HIV itu sekitar tahun 2019. Pada waktu itu memang sekitar tahun 2017 hingga 2018 dan saya juga tidak tahu mengapa saya terkena HIV, karena saya tidak pernah ganti-ganti pasangan dan pasangan saya itu-itu saja, tapi saya tidak tahu apa yang dilakukan pasangan saya dulunya. Dulunya saya bekerja sebagai Public Service di bandara," ujarnya, kepada Mistar.id, Kamis (22/5/2025).
Jiro mengetahui dirinya mengidap HIV setelah mengalami kondisi kesehatan terus menerus menurun dan memiliki penyakit lain yaitu TBC.
"Dan di tahun 2019 sistem antibodi yang ada didalam tubuh saya menurun drastis dan pada waktu itu saya di rawat di Rumah sakit Vita Insani dan pada saat itu Rumah Sakit Vita Insani tidak mengcover penyakit HIV dan akhirnya saya di rujuk ke Rumah Sakit Umum Pematangsiantar," ucapnya.
Jiro melakukan pengobatan semuanya dengan sendirinya dan pihak keluarga serta teman belum mengetahui. Ada alasan mendasar mengapa lelaki itu tidak mau terbuka kepada keluarga terdekatnya. Dia menilai orang-orang di lingkungan sekitarnya belum siap menerima ada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di sekitar mereka.
"Masyarakat masih menganggap orang yang terkena HIV/AIDS adalah kutukan karena telah berperilaku amoral. Setelah beberapa tahun aku mengonsumsi ARV, aku baru memberanikan diri untuk membuka status HIV ke orang tuaku. Beliau sangat sedih dan mempertanyakan kenapa aku tidak bilang dari awal. Aku tidak menyangka bahwa beliau tidak marah karena mengetahui statusku, bahkan beliau sangat ingin mengetahui lebih jauh mengenai apa yang aku alami selama ini," kata Jiro.
Jiro menambahkan perilaku diskriminatif dari masyarakat juga pernah dialaminya. Ia takut untuk bertemu bahkan bercerita kepada orang. Ia kemudian menyadari bahwa stigma dan perilaku diskriminatif tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman.
"Akhirnya sejak hari itu saya memutuskan bahwa HIV harus punya wajah. Kalau kita terus bersembunyi kemudian kita meminta orang agar tidak mendiskriminasi lalu ODHA juga mendiskriminasi dirinya sendiri tidak akan selesai," tuturnya.
Jiro kemudian memberikan pesan untuk orang yang baru mengetahui dirinya positif HIV untuk jangan menyangkal serta memaafkan diri dan menghadapinya secara ikhlas.
"Tidak lupa pula untuk mencari kelompok dukungan jika sulit menceritakannya kepada orang tua. Kelompok dukungan bisa diketahui melalui dokter. Selain itu, pesan penting untuk jangan lupa menjalani terapi ARV. Menjalani perawatan sebelum diri memasuki fase AIDS akan mempercepat pemulihan," ucapnya. (Abdi/hm18)
PREVIOUS ARTICLE
Sekolah Diminta Dapat Sosialisasikan SPMB Simalungun ke Warga