Deepfake Targetkan Jurnalis, Bisa jadi Ancaman Kepercayaan Terhadap Media
![journalist-avatar-top](/_next/image?url=%2Fimages%2Fdefault-avatar.png&w=64&q=75)
![deepfake_targetkan_jurnalis_bisa_jadi_ancaman_kepercayaan_terhadap_media](/_next/image?url=https%3A%2F%2Ffiles-manager.mistar.id%2Fuploads%2FMISTAR%2F11-02-2025%2Fdeepfake_juga_targetkan_jurnalis_2025-02-11_09-48-22_3704.jpg&w=1920&q=75)
Ilustrasi, deepfake. (f:istock/mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Belakangan ini, video palsu deepfake dengan motif jahat kerap menyasar para selebriti, politisi hingga pejabat negara lainnya.
Baru-baru ini, video palsu deepfake sudah tampak mulai digunakan untuk menargetkan jurnalis dan menyebarkan disinformasi.
Setidaknya dua video palsu yang memperlihatkan seorang jurnalis VOA menyampaikan berita telah beredar di media sosial (medsos).
Dimana, video palsu itu menggambarkan Cristina Caicedo Smit, seorang jurnalis yang melapor untuk meja kebebasan pers pemenang penghargaan VOA.
"Sebagai seorang jurnalis, sangat memprihatinkan jika gambar dan suara saya digunakan untuk mencoba memberikan informasi yang salah kepada khalayak," tutur Cristina dikutip dari VoA, pada Selasa (11/2/25).
"Sebagai reporter Kebebasan Pers, saya meliput bagaimana deepfake digunakan untuk mendiskreditkan jurnalisme, menyebarkan informasi yang memfitnah, dan mengikis kepercayaan masyarakat terhadap media," imbuhnya.
Diketahui, Cristina membuat video medsos mingguan yang merangkum berita utama terkini tentang kebebasan pers. Deepfake tampaknya telah mengambil klip dari video asli tersebut untuk membuat video palsu.
Kecerdasan buatan tampaknya kemudian digunakan untuk membuat audio yang terdengar seperti suara Cristina, mengatakan hal-hal yang salah dan tidak pernah dikatakan oleh Cristina.
Awal video tersebut tampak asli karena Cristina memperkenalkan dirinya seperti yang dilakukannya dalam video aslinya.
Hanya, sebagian besar video palsu itu kemudian berisi pernyataan tentang pemerintah AS, Presiden Donald Trump, pemilik perusahaan miliarder X, Elon Musk, dan Badan Pembangunan Internasional AS, semuanya mengatakan hal-hal yang tidak pernah dikatakan Caicedo Smit.
Sebagai jurnalis di VoA, Caicedo Smit mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia mematuhi "standar jurnalistik tertinggi."
"Hal itu semakin mengkhawatirkan karena deepfake digunakan untuk mencoba mendiskreditkan pekerjaan saya dan nilai-nilai yang saya dan rekan-rekan saya di VoA junjung tinggi," ungkapnya.
Menanggapi permintaan komentar, juru bicara VoA Nigel Gibbs mengatakan, "Kami mengetahui adanya video deepfake dan telah menghubungi X, meminta agar video tersebut dihapus."
Deepfake menyoroti tren di mana kecerdasan buatan digunakan untuk membuat video yang di dalamnya tampak seperti jurnalis asli yang melaporkan berita palsu.
Video palsu tersebut juga sering kali menggunakan logo outlet media tersebut dalam upaya membuat video tersebut tampak asli, seperti halnya dengan deepfake yang meniru Cristina.
Para ahli memperingatkan bahwa deepfake semacam ini berisiko menyebarkan disinformasi dan menumbuhkan ketidakpercayaan terhadap media.
Jurnalis VoA lainnya telah jadi sasaran video deepfake, termasuk Ksenia Turkova, yang bekerja dengan Layanan Rusia VoA.
Selain Jurnalis VoA, Jurnalis yang bekerja di media lainnya, seperti CNN, CBS, dan BBC juga dikabarkan pernah menjadi sasaran peniruan deepfake. (*/hm27)
![journalist-avatar-bottom](/_next/image?url=%2Fimages%2Fdefault-avatar.png&w=256&q=75)