Dampak Krisis Iklim, Lapisan Es Greenland Retak Lebih Cepat
![journalist-avatar-top](/_next/image?url=https%3A%2F%2Ffiles-manager.mistar.online%2Fuploads%2FMISTAR%2Femployee%2F20250122T105726307Z.jpg&w=64&q=75)
![dampak_krisis_iklim_lapisan_es_greenland_retak_lebih_cepat](/_next/image?url=https%3A%2F%2Ffiles-manager.mistar.id%2Fuploads%2FMISTAR%2F07-02-2025%2Fdampak_krisis_iklim_lapisan_es_greenland_retak_lebih_cepat_2025-02-07_13-25-38_9500.jpg&w=1920&q=75)
Lapisan es Greenland semakin cepat retak dalam kurun waktu lima tahun (f:ist/mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Sebuah studi terbaru menyebut lapisan es Greenland mengalami keretakan lebih cepat daripada akibat krisis iklim.
Untuk menilai evolusi retakan pada permukaan lapisan es antara tahun 2016 hingga 2021, para peneliti menggunakan sebanyak 8.000 peta permukaan tiga dimensi dari citra satelit komersial beresolusi tinggi.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa celah-celah berbentuk irisan yang terbuka pada gletser meningkat dengan signifikan secara lima tahun dalam hal ukuran dan kedalamannya, serta dengan kecepatan yang lebih cepat daripada yang terdeteksi sebelumnya.
Baca Juga: Penelitian baru, Permukaan Laut Global akan Naik Hampir Satu Kaki Dikarenakan Hilangnya es Greenland
"Hal terbesar yang membuat saya terkejut adalah betapa cepatnya hal ini terjadi. Satu penelitian sebelumnya menunjukkan perubahan dalam skala beberapa dekade dan sekarang kami menunjukkan bahwa hal ini terjadi dalam skala lima tahun," kata Dr Tom Chudley pada Jumat (7/2/25).
Sejak tahun 1992, Greenland telah mengalami kenaikan permukaan air laut sekitar 14 milimeter.
Menurut para ilmuwan, hal ini disebabkan oleh meningkatnya pencairan es sebagai respons terhadap cuaca yang lebih panas, dan meningkatnya aliran es di lautan adalah respons terhadap suhu lautan yang lebih panas. Keduanya, disebabkan oleh gangguan iklim.
"Kami yakin bahwa terbukanya celah terkait dengan percepatan lapisan es. Kami telah mengetahui selama beberapa tahun bahwa lapisan es telah mengalami percepatan yang cukup signifikan sejak tahun 1990, dan secara umum kami memahami bahwa hal ini berkaitan dengan pemanasan lautan," kata Chudley.
Baca Juga: Mengapa Trump Ingin Kuasai Greenland?
Chudley berharap pemetaan resolusi tinggi yang digunakan dalam penelitian ini akan mulai digunakan dalam penelitian lain untuk memproyeksikan kenaikan permukaan air laut dengan lebih baik.
"Beberapa model skala besar kami kesulitan menjelaskan banyak hal yang kami sebut sebagai ketidakstabilan dinamis," katanya.
"Ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan gletser yang bergerak dan semakin cepat, ketidakstabilan dinamis menyebabkan potensi kenaikan permukaan laut hingga satu meter pada tahun 2100, dan 10 meter pada tahun 2300."
Menurutnya, para peneliti harus bisa memproyeksikan kenaikan air laut dengan lebih baik agar bisa merencanakan langkah mitigasi serta bersiap untuk beradaptasi dengan situasi tersebut.
"Jadi, kita harus benar-benar mampu memproyeksikan kenaikan permukaan laut dengan lebih baik, karena kita harus bisa merencanakan, mitigasi, dan beradaptasi terhadap kenaikan permukaan laut dalam tiga abad ke depan," tutur Chudley.
![journalist-avatar-bottom](/_next/image?url=https%3A%2F%2Ffiles-manager.mistar.online%2Fuploads%2FMISTAR%2Femployee%2F20250122T105726307Z.jpg&w=256&q=75)