Medan, MISTAR.ID
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan bakal calon (balon) Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi telah memilih Hasan Basri Sagala sebagai balon wakilnya.
Hal ini cukup mengejutkan publik, sebab banyak yang memprediksi bahwa PDIP akan memilih balon wakil gubsu dari kadernya yang lain, seperti Nikson Nababan, Barry Simorangkir, dan beberapa nama lainnya.
Pengamat Kebijakan Publik, Prof Marlan Hutahaean menilai bahwa keputusan PDIP memilih Hasan merupakan langkah yang rasional.
“Dari kacamata orang luar, kalau ingin menambah suara, untuk kali ini PDIP harus rasional, memilih calon wakil yang memiliki basis suara di luar partai,” ujarnya kepada mistar.id, Kamis (29/8/24).
Baca juga:Â Daftar Calon Mundur Jelang Penutupan Pendaftaran Pilkada 2024
Karena menurutnya, untuk Pilkada serentak pertama kali ini, bebannya berbeda. Seperti PDIP yang fokusnya tidak hanya untuk provinsi tapi juga di 33 kabupaten/kota. Jadi dengan penambahan dari eksternal ini tentu ada kantong-kantong baru untuk suara.
“Karena kita lihat, Hasan Basri Sagala ini kan Ketua GP Ansor Koordinator Wilayah I. Beberapa daerah di Sumut ada pesantren-pesantren yang berbasis NU. Barangkali ini juga pertimbangan sehingga paling tidak ada tiga pilar suara,” sebutnya.
Ketiga pilar suara yang dimaksud adalah suara basis PDIP sendiri dengan asumsi mesin organisasinya berjalan, suara dari incumbent Edy Rahmayadi, dan suara dari Hasan Basri ini. Ditambah nanti basis dari relawan-relawan yang lain.
Baca juga:Â Pengamat: Putusan MK Tidak Terlalu Berpengaruh pada Pilgubsu 2024
“Saya pikir karena bagaimanapun, target PDIP ini kan tidak sekadar ingin mengalahkan Bobby tetapi juga Presiden Jokowi. Itu kan sudah rahasia umum,” terangnya.
