Ratusan Siswa SMKN 10 Medan Gelar Aksi Demo, Karena Gagal Ikut SNBP
![journalist-avatar-top](/_next/image?url=%2Fimages%2Fdefault-avatar.png&w=64&q=75)
![ratusan_siswa_smkn_10_medan_gelar_aksi_demo_karena_gagal_ikut_snbp](/_next/image?url=https%3A%2F%2Ffiles-manager.mistar.id%2Fuploads%2FMISTAR%2F06-02-2025%2Fratusan_siswa_smkn_10_medan_gelar_aksi_demo_karena_gagal_ikut_snbp_2025-02-06_14-18-05_2714.jpg&w=1920&q=75)
Ratusan siswa SMKN 10 Medan demo, sampaikan kekecewaan karena gagal ikut SNBP. (f:susan/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Ratusan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 10 Medan menggelar aksi demo sebagai bentuk kekecewaan atas keterlambatan pengisian Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS).
Dimana keterlambatan pengisian PDSS itu diduga merupakan kelalaian dari pihak sekolah. Seperti disampaikan oleh Pemimpin aksi, Muhammad Jibril Dyo, yang kecewa dengan pernyataan seorang guru yang dinilai menjatuhkan mental para siswa.
“Walaupun mungkin kemungkinan kami juga nggak bakalan masuk universitas dengan jalur itu, tapi setidaknya jangan menganggap kami remeh sama sekali dengan nilai yang nggak seberapa,” ungkap Siswa kelas XII DKV 3 itu kepada mistar.id, pada Kamis (6/2/25).
Dyo menyebut, sebanyak 142 siswa yang demo menuntut pihak sekolah untuk memberikan kompensasi atas hilangnya kesempatan mereka melalui jalur undangan.
Lanjutnya, dua hari lalu pihak sekolah sudah memberikan pengumuman terkait permasalahan bagaimana nilai semester 5 siswa tidak terbaca.
“Permasalahannya mereka katanya tidak sinkron data, padahal nilai (semester) 1 sampai 4 itu masuk tetapi nilai semester 5 tidak masuk. Berarti permasalahannya di keterlambatan waktu,” ujarnya.
“Menurut kami ini murni dari kesalahan sekolah karena mereka sudah dikasih waktu untuk input data itu tapi mereka menyepelekan itu,” sambungnya lagi.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Bernadeta, siswi kelas XII DPD 3. Sebagai siswa SMK, mereka sangat berharap dari jalur SNBP.
Sedangkan jika mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK), peluangnya lebih sedikit karena harus bersaing dengan angkatan tahun lalu dan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA).
“Anak SMA ikut UTBK harus bimbel, masa kami anak SMK kabar dari sekolah PDSS nggak jelas. Terus sekolah menyarankan kami untuk ikut UTBK dan mandiri. Mereka nggak mikirin biaya bimbel dan segala macamnya, kami hanya minta kompensasi saja dari sekolah,” jelasnya.
Ia juga mengungkit ketidakhadiran pihak sekolah dalam membimbing mereka untuk pendaftaran.
“Sekolah-sekolah lain kepseknya yang datangin, ayo nak nilainya, prestasinya, sertifikatnya apa semuanya dikabarin. Kepseknya yang memanggil siswa bukan siswa yang mendatangi TU (tata usaha),” serunya.
“Bisa dibilang sekolah yang kami cinta, kami hargai ini sama sekali tidak bergerak. Yang bikin gondok lagi, mereka bilang ‘introspeksi nilai dong. Nilai kalian layak tidak untuk SNBP. Pasti dari antara kalian banyak nilainya yang nasib-nasiban’. Kata-kata seorang guru kah seperti itu?” imbuhnya.
Bernadeta berharap agar adik-adik kelasnya tidak terkena dampak akibat hal ini, serta kejadian ini tidak terulang lagi. (susan/hm27)
![journalist-avatar-bottom](/_next/image?url=%2Fimages%2Fdefault-avatar.png&w=256&q=75)