10.4 C
New York
Sunday, April 28, 2024

Saksi Ahli Romo Magnis Bicara 3 Poin Moral Bisa Ringankan Eliezer di Kasus Pembunuhan Yosua

Jakarta, MISTAR.ID

Saksi ahli Romo Franz Magnis Suseno SJ berbicara faktor-faktor yang dapat meringankan hukuman untuk Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu dalam kasus pembunuhan Brigadir N Yosua Hutabarat. Apa saja?

Romo Magnis dihadirkan sebagai saksi ahli meringankan untuk terdakwa Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu terkait kasus pembunuhan Yosua di PN Jaksel, Senin (26/12/22). Romo Magnis dihadirkan sebagai saksi ahli etika filsafat moral.

Pengacara Eliezer, Ronny Talapessy, awalnya bertanya apa saja unsur-unsur yang dapat meringankan Eliezer dalam kasus pembunuhan Yosua. Romo Magnis kemudian membeberkan unsur-unsur tersebut.

“Terkait dengan peristiwa penembakan terhadap Yosua oleh Eliezer dari sudut kajian filsafat moral apa saja unsur-unsur yang dapat meringankan Eliezer?” tanya Ronny.

Baca juga:Eliezer, Ricky Rizal dan Kuat Maruf Bertemu di Sidang Perkara Pembunuhan Brigadir J

Romo Magnis mengatakan, dalam kasus ini, Eliezer diperintah oleh atasannya yang memiliki pangkat jauh lebih tinggi, yakni Ferdy Sambo. Guru besar filsafat moral Emeritus Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara di Jakarta itu mengatakan ada budaya ‘laksanakan’ yang tidak mungkin tidak ditaati oleh Eliezer yang pangkatnya jauh lebih rendah di polisi.

“Menurut saya, yang tentu paling meringankan adalah kedudukan yang memberikan perintah itu, kedudukan tinggi yang jelas memberi perintah yang di dalam sejauh, di dalam kepolisian tentu akan ditaati tidak mungkin katanya Eliezer 24 umurnya, jadi masih muda itu laksanakan itu, budaya laksanakan itu, adalah unsur yang paling kuat,” ujar Romo Magnis.

Romo Magnis juga mengatakan Eliezer pada saat itu berada di dalam situasi yang menegangkan dan membingungkan. Eliezer dinilai tidak mempunyai waktu untuk mempertimbangkan secara matang karena adanya keterbatasan untuk mengambil keputusan.

“Yang kedua tentu keterbatasan situasi itu yang tegang yang amat sangat membingungkan saya kira semua itu, di mana dia saat itu harus menentukan laksanakan atau tidak, tidak ada waktu untuk melakukan pertimbangan matang, di mana kita umumnya kalau ada keputusan penting coba ambil waktu tidur dulu, dia harus langsung bereaksi. Menurut saya itu tentu dua faktor yang secara etis sangat meringankan,” ujarnya.

Romo Magnis juga berbicara soal situasi ketika atasan memberi perintah untuk menembak di dalam pertempuran militer. Karena itulah, menurut Romo Magnis, bila seorang atasan polisi memberi perintah ‘tembak’, itu tidak total sama sekali tidak masuk akal.

“Tambahan satu poin, dalam kepolisian seperti di dalam situasi pertempuran militer di dalam kepolisian memang bisa ada situasi di mana atasan memberi perintah tembak itu di dalam segala profesi lain tidak ada itu. Jadi bahwa seorang atasan polisi memberi perintah tembak itu tidak total sama sekali tidak masuk akal, ” kata Romo Magnis.

Baca juga:Bharada E: PC Perintahkan Ajudan dan ART Bersihkan Sidik Jari Sambo dari Barang Brigadir J

Sambo Klaim Perintahkan Hajar
Dalam persidangan sebelumnya, mantan Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo mengatakan dia tidak berniat mampir ke rumah Duren Tiga tempat istrinya menjalani isolasi, termasuk TKP pembunuhan Brigadir Yosua. Namun dia melihat Yosua di depan pagar. Saat itu, Sambo mengaku teringat akan cerita Putri Candrawathi yang mengaku diperkosa Yosua.

“Setelah masuk ke Kompleks Duren Tiga, saya melihat Yosua ada di depan gerbang, kemudian saya perintahkan Adzan Romer ajudan untuk berhenti, setelah itu Adzan Romer turun,” kata Sambo saat bersaksi di PN Jaksel, Rabu (7/12/22).

“Iya saya teringat apa yang diceritakan istri saya, saya perintahkan Romer berhenti. Romer langsung turun saya pikir apa harus sekarang konfirmasi (ke Yosua), kemudian saya bilang jalan, terus saya putuskan berhenti. Saya turun, senjata saya jatuh dan saya ambil, dan masuk ke rumah Duren Tiga,” imbuh Sambo.

Sambo merupakan atasan Eliezer. Sambo turut didakwa bersama Eliezer melakukan pembunuhan berencana terhadap Brigadir Yosua.

Kembali ke Sambo, dia mengatakan senjata yang jatuh dan dia ambil adalah Combat Wilson. Singkat cerita, Sambo mengatakan dia masuk dan memerintahkan Eliezer ‘menghajar’ Yosua.

Baca juga:Pelukan Sambo-Putri dan Stockholm Syndrome

“Saya masuk, kemudian saya hadapan ke Yosua, ‘Kenapa kamu tega sama ibu?’, jawaban Yosua nggak seperti yang saya harapkan, dia malah menanya balik, ‘Ada apa, Komandan?’ Saya lupa saya bilang ‘kurang ajar’, saya perintahkan ‘Richard, hajar Chad’,” ucapnya.

“Gimana perintahkan?” tanya hakim.

“‘Hajar, Chad, kamu hajar, Chad.’ Kemudian maju, Yosua jatuh, saya bilang setop berhenti begitu lihat Yosua jatuh, dan berlumuran darah saya panik saya nggak tahu gimana harus menyelesaikan peristiwa ini,” jawab Sambo.

Romo Magnis Anggap Eliezer Alami Dilema Moral, Harap Publik Tak Mengutuk. (detik/hm06)

Related Articles

Latest Articles