25 C
New York
Monday, June 3, 2024

Pengakuan Mantan Kepala BIN yang Dikabarkan Dekat dengan Pimpinan Ponpes Al Zaytun

Jakarta, MISTAR.ID

Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono angkat bicara soal kabar kedekatannya dengan Panji Gumilang, pimpinan Pondok (Ponpes) Pesantren Al Zaytun.

Hendropriyono membantah sebagai orang yang “mendukung” Panji Gumilang. Hendropriyono menjelaskan awal pertemuannya dengan Panji Gumilang.

Sejak pada tahun 1999, Panji Gumilang meminta Presiden ketiga, BJ Habibie, untuk meresmikan Pesantren Al-Zaytun.

“Presiden Indonesia saat itu, BJ Habibie, memerintahkan Menteri Agama untuk membuka penyelidikan terhadap pesantren Al-Zaytun, yang meminta konsultasi dengan presiden tentang pembukaan pesantren Al-Zaytun. Dari situ saya pertama kali mendengar tentang pesantren yang Al-Zaytun, kata Hendropriyono di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, yang dikutip, Selasa (11/7/23).

Baca juga : Rekening Ponpes Al Zaytun Diblokir, Santri Dibina Kemenag

Hendropriyono menjelaskan posisinya saat itu masih sebagai Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambahan Hutan.

Dalam rapat kabinet, Menteri Agama yang ditugaskan oleh BJ Habibie untuk menyelidiki Al-Zaytun saat itu menyatakan bahwa pesantren Al-Zaytun tidak bermasalah dengan ideologi politik.

“Al-Zaytun menjelaskan bahwa dirinya dipimpin oleh seorang bernama Panji Gumilang dan mengatakan dari segi politik tidak ada masalah karena Panji Gumilang juga memiliki pengetahuan yang cukup tentang falsafah Pancasila dan kurikulum serta kelas-kelas yang ada di pesantren. Menurut Menag, waktu itu tidak ada masalah,” ujar Hendropriyono.

Saat itu, kata Hendropriyono, BJ Habibie juga datang ke Al-Zaytun untuk meresmikan pesantren. Setelah itu, Hendropriyono mengaku tak pernah tahu apa yang akan terjadi dengan Al-Zaytun.

Baca juga : Dicurigai Ada Pencucian Uang, PPATK Blokir Ratusan Rekening Pimpinan Ponpes Al-Zaytun

Saat itu, pada masa pemerintahan presiden kelima Megawati Soekarnoputri, Hendropriyona diminta menggantikan Ketum PDIP untuk ikut serta dalam acara peletakan batu pertama Gedung Pembelajaran. Hendropriyono adalah Kepala BIN saat itu.

“Saya juga ke sana lewat jalur darat untuk meletakkan pondasi gedung pendidikan bernama gedung Doktor Ir Soekarno. Saat itulah saya pertama kali bertemu Panji Gumilang,” ujarnya.

Ia melihat pesantren Al-Zaytun merupakan pesantren yang cukup modern saat itu. Menurutnya, tidak ada persoalan ideologis di pesantren Al-Zaytun.

“Secara politis saya kira tidak ada masalah kemudian karena Presiden RI yang meresmikannya, yaitu dalam perkembangannya berbeda, tentu pengetahuan saya adalah pengetahuan waktu saya, di Tahun 1999 saya pertama kali mendengar nama Al Zaytun. Dan tahun 2001 atau 2002 saya lupa itu, kedua kalinya saya mengenal Al-Zaytun,” ujarnya.

Baca juga : Pimpinan Ponpes Al Zaytun Diperiksa Polisi, Panji: Belum Selesai

Saat itu, Hendropriyono merasa aneh dikaitkan dengan konflik Al Zaytun saat ini. Karena merasa tidak memiliki kekuatan untuk mendukung Panji Gumilang.

“Apa kelebihan saya? Kalau saya masih aktif, saya punya kekuatan, ditakuti. Saya pikir itu karena saya adalah kepala BIN saat itu. Bagi seorang perwira intelijen, musuh dari musuh adalah teman saya, dan terus terang musuh Republik Indonesia, NII (Negara Islam Indonesia),” ucapnya.

“Kalau masih ada yang ingin NII kembali, ya itu mimpi. Untuk membuat orang sadar bahwa mereka sedang bermimpi, kita harus meminta bantuan dari mereka yang sudah tahu. Yang masih tidur, yang sudah sadar waktu itu Panji Gumilang, dari sisis ideologi dan politik sudah dinyatakan clear oleh Presiden Indonesia BJ Habibie dengan meresmikan kesana,” imbuhnya.

Baca juga : Penuntutan Al Zaytun Berlanjut, Muhadjir Effendy: Pendidikan Harus Terus Berjalan

Hendropriyono menilai BJ Habibie tidak sembarangan meresmikan pondok pesantren saat itu. Ia kemudian juga mengimbau masyarakat untuk menyikapi kontroversi Al Zaytun dengan hati-hati.

“Saya bertanya-tanya, mengapa ributnya sekarang? Jadi ribut ada apa?” “Saya tidak mengerti lagi karena saya tidak pernah ke sana lagi, saya tidak akan pernah tahu lagi,” katanya.

“Nah, jangan ribut soal kecerdasan, gunakan tanda kutip saja gunakan referensi masa lalu bukan masa sekarang. Dulu ya, masa lalu adalah masa lalu, masa kini adalah masa depan, manusia sudah menggunakan Artificial Intelligence (AI) sementara kita masih pakai masa lalu. Masa lalu, ya masa lalu,” tegasnya. (dtk/hm18)

Related Articles

Latest Articles