10.6 C
New York
Sunday, April 28, 2024

Duh! Inflasi RI Bisa Meroket Jika BBM Bersubsidi Naik

Jakarta, MISTAR.ID
Menurut Ekonom Bank Danamon, Irman Faiz, jika ada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi pada September ini, maka inflasi akan kembali naik hingga akhir tahun.

Misalnya, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar Subsidi sebesar 30%-40%, maka inflasi di dalam negeri berisiko tembus hingga 7%.

Nah, Jika terjadi, inflasi Indonesia akan mendekati laju Indeks Harga Konsumen (IHK) di Amerika Serikat yang mengalami inflasi 8.5% pada Juli lalu.

“Jika dengan skenario yang beredar sekarang, di mana Solar ke Rp8.000 dan Pertalite ke Rp10.000, ada potensi inflasi bisa ke 6% – 7% di akhir tahun,” papar Irman, Selasa (31/8/22).

Baca Juga:Edy Rahmayadi: Jika Inflasi Tak Turun 5 Bulan ke Depan, Perekonomian Sumut Terancam

Hal serupa juga disampaikan oleh Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman dalam catatannya mengenai inflasi. Dia memperkirakan inflasi pada semester 2-2022 berisiko mengalami kenaikan akibat perubahan harga bahan bakar.

“Kami berekspektasi inflasi akan terus naik di semester II-2022 di tengah perbaikan permintaan (demand-pull inflation), ditambah dengan tingginya harga bahan pangan dan energi (cost-push inflation),” ujarnya, Selasa (31/8/22).

Menurutnya, inflasi yang tinggi masih bertahan dan meningkat ke depannya, bahkan setelah pemerintah memberikan sinyal untuk menaikkan harga BBM Pertalite dan Solar.

Baca Juga:BPS: Waspada Kenaikan Beras, Listrik & BBM Penyumbang Bobot Besar Inflasi

Faisal menambahkan, dampak dari kenaikan harga BBM tersebut diperkirakan akan menonjol.

“Tidak hanya memiliki dampak putaran pertama pada inflasi harga yang diatur, tetapi juga dampak putaran kedua pada transportasi serta barang dan jasa lainnya,” katanya.

Kondisi ini akan mendorong inflasi utama dan inti secara signifikan setelah penyesuaian harga dieksekusi pemerintah.

Baca Juga:Meski Ekonomi Sumut Terus Tumbuh, BI Ingatkan Tren Kenaikan Inflasi

Perhitungan Bank Mandiri menunjukkan bahwa jika harga Pertalite dinaikkan dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter, maka inflasi sebesar akan naik sebesar 0,83 persentase poin (ppt) dan berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi sebesar -0,17 ppt.

Apalagi jika harga Solar naik dari Rp5.150 per liter menjadi Rp8.500 per liter, maka kontribusi kenaikan inflasinya sekitar 0,33 ppt dan berpotensi menurunkan pertumbuhan sebesar -0,07 ppt.

Dengan demikian, Faisal mengungkapkan Bank Mandiri memperkirakan tahun ini dapat tembus ke kisaran 6%.(cnbc/hm10)

Related Articles

Latest Articles