17.1 C
New York
Wednesday, August 21, 2024

Bencana Hidrometeorologi Bakal Sering Terjadi di Indonesia Pada 2050

Jakarta, MISTAR.ID

BMKG mengingatkan tentang bencana hidrometeorologi yang diperkirakan akan semakin sering dan intens di Indonesia mulai tahun 2050. Bencana disebutkan terjadi karena pemanasan global yang terus meningkat.

“2050 ini waktunya Indonesia Emas. Gen Alpha usianya sekitar 40-50 tahun. Jika asumsi, skenario terburuk aksi iklim gagal, kita tidak hanya mengalami bencana semakin sering, makin panjang, intens, makin kuat, juga kelangkaan air secara global,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dilansir dari CNN Indonesia, Rabu (21/8/24).

Dwikorita menyoroti rekor suhu bumi pada tahun 2023 menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah.

“Dunia saat ini telah berada pada era ‘global boiling’. Bukan lagi perubahan iklim, tapi mendidihnya iklim karena saking panasnya, sebagaimana dinyatakan oleh Sekjen PBB Antonio Guterres,” ujarnya.

Peningkatan suhu bumi mencapai 1,45 derajat Celsius dibandingkan dengan suhu rata-rata pra-industri. Angka ini mendekati ambang batas 1,5 derajat Celsius yang disepakati dalam Perjanjian Paris 2015.

Baca juga: BMKG: Waspada Bencana Hidrometeorologi di 16 Provinsi

Dalam penjelasannya, Dwikorita menyebutkan bahwa pada 2022, kenaikan suhu sebesar 1,2 derajat Celsius sudah meningkatkan intensitas bencana hidrometeorologi seperti badai tropis, siklon, dan cuaca ekstrem.

“Pada 2022, kenaikan 1,2 derajat itu kejadian badai tropis, cuaca ekstrem, siklon, El Nino, La Nina, sesuatu yang ekstrem, gelombang atmosfer yang mengakibatkan cuaca ekstrem dan berbagai fenomena anomali iklim semakin sering terjadi saat 1,2 derajat,” jelasnya.

Ia juga menegaskan bahwa prediksi terburuk dapat terjadi pada tahun 2100, di mana suhu global bisa naik hingga 3,5 derajat Celsius.

“Bisa dibayangkan kondisinya yang baru 1,2 derajat Celcius sudah sering terjadi bencana dan berbagai persoalan pangan, air, krisis air. Kalau naik 3 kali lipat itu apa yang terjadi? Sangat mengkhawatirkan,” tambah Dwikorita.

Baca juga: Hadapi Ancaman Bencana Hidrometeorologi, DKI Aktifkan Posko di 267 Kelurahan

Dwikorita menekankan bahwa kondisi ini tidak bisa diubah begitu saja, karena pemanasan global yang terjadi sudah mencapai titik yang sulit untuk dibalik.

“Kalau sudah naik tidak bisa balik, mungkin ada teknologi bisa diturunkan dari 1,45 jadi 1,2 derajat Celcius. Tapi, ada teori, kondisi itu irreversible, tidak bisa balik lagi. Itu kenapa harus ada aksi iklim,” tegasnya.

“Ulah siapa? Ya ulah kita sendiri,” ucapnya. (cnn/hm20)

Related Articles

Latest Articles