Saturday, January 18, 2025
logo-mistar
Union
MEDAN

Tekan Angka ATS Jadi Atensi Disdik Sumut pada 2025

journalist-avatar-top
By
Friday, January 17, 2025 19:33
116
tekan_angka_ats_jadi_atensi_disdik_sumut_pada_2025

Ilustrasi anak tidak sekolah. (f:net/mistar)

Indocafe

Medan, MISTAR.ID

Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) berkomitmen untuk mengurangi angka anak tidak sekolah (ATS).

Sekretaris Disdik Sumut, Roedy Fahrizal menyebutkan pada 2025 pihaknya berusaha memberikan perhatian lebih pada anak-anak yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi karena keterbatasan ekonomi.

"Usia SMA seharusnya tidak ada lagi yang putus sekolah. Kita wajib belajar saja 9 tahun. Dan sekarang (wajib belajar) 13 tahun, artinya nggak ada lagi dibilang putus sekolah karena nggak ada biaya sekolah,” katanya kepada Mistar.id, Jumat (17/1/25).

Tak bisa dipungkiri, lanjutnya, beberapa anak alami putus sekolah karena perkara ekonomi ini, bahkan harus membantu orang tua atau menjadi tulang punggung keluarga.

“Nanti metodenya lah yang kita perlu cari, tidak bisa lagi konvensional. Bagaimana metodenya supaya dia bisa tetap ada kesempatan (bersekolah),” terangnya.

Dikatakannya, upaya ini mencakup penyediaan alternatif bagi mereka yang tidak bisa mengikuti pendidikan formal di sekolah. Salah satunya melalui program kejar paket C, yang memberi kesempatan untuk memperoleh ijazah setara SMA.

"Kecepatan informasi saat ini dan berbagai pola pembelajaran memungkinkan mereka tetap belajar meski tidak mengikuti sekolah konvensional," jelasnya.

Untuk mengatasi masalah keterbatasan akses pendidikan di daerah terpencil, Disdik Sumut juga berencana untuk menjajaki solusi berbasis kolaborasi.

“Apakah memang ada masalah ketidaktersediaan sekolah lanjutan di situ, jadi harus (sekolah) jauh gitu ya. Ini kan beberapa kita memang coba bangun sekolah baru,” ungkapnya.

 Namun, ia mengungkapkan bahwa solusi tersebut tidak lepas dari tantangan, terutama dalam hal anggaran dan ketersediaan tenaga pengajar.

“Tapi tidak bisa dipungkiri jarak itu, jadi kita mau bagaimana memudahkan anak-anak. Tapi karena di kabupaten itu biasanya pisah-pisah, jadi kita mau coba apakah mereka berkumpul di satu tempat, nanti gurunya yang datang,” tambahnya. (susan/hm18)

journalist-avatar-bottomRedaktur Andi