Saturday, January 18, 2025
logo-mistar
Union
MEDAN

Perpustakaan Dinilai Tetap Relevan di Tengah Pesatnya Teknologi Digital

journalist-avatar-top
By
Friday, January 17, 2025 16:35
78
perpustakaan_dinilai_tetap_relevan_di_tengah_pesatnya_teknologi_digital

Situasi Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumut. (f:amita/mistar)

Indocafe

Medan, MISTAR.ID

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, keberadaan Perpustakaan dengan buku tradisional dinilai masih tetap relevan.

Tak dipungkiri, tantangan berat perpustakaan tradisional adalah banyaknya pembaca yang beralih ke bacaan digital karena dirasa lebih praktis. Meski begitu, masih banyak pembaca yang tetap memilih membaca buku fisik, seperti, Satya (16).

Saat ditemui di Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara Jalan Brigjen Katamso Nomor 45 K Sei Mati Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun, Jumat (16/1/25), pelajar SMA ini mengaku masih lebih suka membaca buku fisik.

"Menurut saya, esensi membaca buku fisik jauh lebih menarik ketimbang buku digital. Karena dari buku fisik ada ciri khas seperti aroma buku yang membuat rindu untuk terus membaca," katanya kepada Mistar.

Meskipun bukan buku pelajaran, Satya menilai keinginan membaca buku fisik merupakan hal yang baik.

"Teman-teman saya yang lain tidak mau jika disuruh baca buku fisik, mereka lebih suka baca e-book. Lebih praktis katanya, tidak berat kalau harus dibawa ke mana-mana," ungkapnya.

Ia merasa bangga karena tetap suka membaca buku.

"Yang saya pelajari di sekolah, membaca adalah sumber ilmu. Semakin sering membaca semakin mengenal dunia, saat ini masih yang ringan-ringan saja, mungkin nanti akan ke bacaan nonfiksi yang konsepnya jauh lebih serius," jelasnya.

Sementara itu, Fitri (19), mengaku baru pertama kali ke Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara karena membutuhkan referensi tambahan untuk skripsinya.

"Karena selain jurnal, dibutuhkan juga buku sebagai sumber bacaan. Itu yang buat saya datang ke sini," sebutnya.

Namun, Fitri mengaku tidak begitu suka membaca buku terlebih yang terlalu berat bahasanya.

"Biasanya hanya baca cerpen di ponsel, atau baca cerita Alternate Universe (AU) di sosial media," tambahnya. (amita/hm18)

journalist-avatar-bottomRedaktur Andi

RELATED ARTICLES