Medan, MISTAR.ID
Secara internasional, Sekolah Luar Biasa (SLB) akan segera diintegrasikan. Hanya anak dengan disabilitas berat ganda yang akan menempuh pendidikan di SLB.
Hal itu disampaikan pengurus HWDI, Marilyn Lie, saat ditemui Mistar.id, di kantornya Jalan Sei Batang Serangan nomor 75, Babura, Kecamatan Medan Baru, Rabu (30/10/24).
“Anak-anak yang cuma disabilitas tunggal di SLB itu untuk permulaan. Belajar braille, berbicara kalau yang tuli masih mampu, belajar bahasa isyarat, baca gerak bibir,” jelasnya.
Pendiri Yayasan Pendidikan Dwituna Harapan Baru itu juga mengatakan bahwa muridnya tidak belajar abjad secara berurutan.
Baca juga:Atasi Kurangnya Guru SLB, Bina Guna Medan Buka Prodi Pendidikan Khusus
“Fungsional (belajar abjad). Di sini ga ada ‘nama saya Budi’, ya pakai nama sendiri. Mempelajari abjadnya bukan secara berurutan, tapi tujuannya kan sama, mampu baca tulis,” jelasnya.
Lanjutnya, mengajar SLB, bukan tentang kompetensi keilmuan. Tetapi ketulusan hati. Sarjana dengan gelar apapun dapat menjadi pengajar di SLB.
“Itu panggilan hati. Mau Pendidikan Luar Biasa (PLB), S3 pun, kalau hatimu tak di situ, tak diterima sama anak-anak itu. Jika seorang pengajar merasa terpanggil, maka akan mampu menguasai pelatihan tambahan, memegang lisensi terapis, why not? Mengapa mesti banget kaku?” tuturnya lagi.
“Memang nyeleneh ya, nggak sesuai peraturan negara dan segala macam. Tapi ketika negara balik nanya, kami selalu bilang gini ‘bapak punya alternatif lain, punya guru available yang bisa dikasih ke kami?’ Itu saja,” sambungnya. (susan/hm17)