27.2 C
New York
Tuesday, April 30, 2024

Perhimpunan Peternak Petelur Sumut Harapkan Dibuka Keran Impor Jagung

Medan, MISTAR.ID

Tingginya harga pakan ternak yang terjadi di Tanah Air sangat berdampak pada peternak di wilayah Sumatera Utara (Sumut), salah satunya peternak petelur.

Saat ini harga pakan ternak tersebut di wilayah Sumut  dijual Rp8.400 per Kg yang sebelumnya hanya Rp6.900 hingga Rp7.000 per Kg.

Ketua Perhimpunan Peternak Petelur Sumatera Utara (P3SU) Drh Fadhillah Boy berharap, pemerintah membuka keran impor jagung untuk memenuhi pasokan pakan ternak yang cukup mahal saat ini.

“Harga bahan baku semakin naik namun harga telur ayam turun. Makanya kita minta agar dibukanya keran impor jagung yang menjadi bahan utama pakan ternak. Kalau tidak dibuka keran impor, maka perusahaan-perusahan perunggasan bisa tutup. Seperti yang di Pulau Jawa sudah banyak yang tutup. Kalau di Medan mulai terdampak dan mulai tak sanggup memenuhi pakan ternak ini,” katanya pada Mistar, Jumat (22/10/21).

Baca Juga:Pakan Ternak Mahal Picu Naiknya Harga Ayam di Medan

Jagung di Sumut sendiri, sambung Fadhillah, mencukupi bila sedang masa panen seperti saat ini. Tapi habis masa panen, maka akan kembali defisit.

“Cerita masa panen tadi okelah cukup. Tapi lagi panen gini kenapa harga semakin naik. Kalau tidak salah, sesuai Permendag harga jagung ini sekitar Rp3.500 tapi ternyata tidak. Sama juga dengan harga telur ayam saat ini terendah diharga Rp19.000 namun buktinya Rp19.000 ini per Kg. 1 Kg dia ada 17 butir maka Rp1.100 per butir. Buktinya harga telur saat ini Rp900 per butir kalau kita kalikan per ikat (10 papan) maka peternak rugi hingga Rp70.000-Rp100.000 terutama pada perusahaan skala menengah,” jelasnya.

Gejolak naiknya harga pakan ternak ini, diungkapkannya sejak awal tahun atau triwulan pertama 2021. Namun, semakin hari semakin parah naiknya. Tak heran sejumlah daerah protes akan naiknya harga pakan ternak ini.

Baca Juga:40 Ton Pakan Ternak Asal Sumut Diekspor ke Singapura

“Kebijakan pemerintah dari instansi dinas terkait belum ada solusi membuka impor jagung. Kuncinya cuma satu kalau dibuka impor jagung maka akan menurunkan harga pakan ternak. Kemudian harga telur yang Rp1.100  kita masih ada selisih. Lalu masalah kedua yakni, telur yang biasanya terserap melalui bantuan sosial untuk masyarakat melalui Program Keluarga Harapan (PKH) maka telur akan dikonsumsi masyarakat. Tapi bantuan ini sudah tidak ada lagi per bulannya diganti jadi per tiga bulan itupun pembagian tidak merata,” terangnya.

Belum lagi, harga pokok penjualan (HPP) yang semakin hari semakin tinggi. Ditambah terjadi krisis energi di China maka bahan baku seperti bahan baku obat-obatan sangat berdampak 100 persen kenaikan pada HPP. Dikhawatirkan, populasi ayam akan berkurang, pasti tenaga kerja juga ikut berkurang.

“Karena saya melihat peternak ayam mulai berkurang sekitar 20-30%. Maka bisa penyusutan tenaga kerja juga. Karena HPP tinggi, telur murah, orang juga gak sanggup Day Old Chicken (DOC) atau menetaskan ayam juga. Maka yang ditakutkan bila konsumsi nanti kembali normal pasti harga telur akan melambung tinggi karena saat ini masih pelan-pelan kembali normal. Jadi kalau misalnya nanti normal permintaan tinggi tapi produksi telur sudah sedikit karena peternak banyak yang tutup,” bebernya.

Baca Juga:Truk Bermuatan 32 Ton Pakan Ternak Terguling di Tebingtinggi

Ia menambahkan, masalah jagung atau pakan ternak ini memang menjadi urusan pemerintah pusat. Sehingga, bila ini terus terjadi, dia bersama pengusaha peternak petelur akan mengaspirasikan keluhan terkait mahalnya harga pakan ternak yang berdampak pada usahanya.

“Bila tidak ada perubahan, kita telah sharing bersama teman-teman saat ini kondisi kita sangat riskan. Karena yang bertahan saat ini perusahaan integrator (perusahaan besar) yang memang telah menguasai dari hulu ke hilir, jadi kita yang perusahaan kecil-kecil ini dah gak sanggup lagi dan bisa habis. Jadi kepunahan ini yang tidak kita inginkan,” ungkapnya.(anita/hm10)

Related Articles

Latest Articles