9.3 C
New York
Sunday, May 12, 2024

Nazwa Harahap, Meraih Kemenangan Meski Terbatas Pandangan

Kisah sedih pun menghiasi perjalanan hidup Nazwa. Ayah Nazwa baru saja meninggal sekitar 6 bulan yang lalu akibat komplikasi penyakit gula (diabetes). Penyakit ini ternyata diwariskan dari kakek Nazwa. Meski kehilangan suami, Nuraini tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk Nazwa. Ia mengambil peran sebagai ibu sekaligus ayah untuk anak-anaknya.

“Saya berusaha memberikan asupan terbaik bagi Nazwa sesuai saran dokter. Kami berdua, meski pekerjaan saya sebagai perawat dan suami sebagai pegawai swasta, berusaha sekuat tenaga demi Nazwa,” tutur Nuraini.

Meski memiliki masalah dengan penglihatannya, Nazwa tetap tumbuh seperti anak-anak lainnya. Nuraini rutin membawa putrinya check up ke rumah sakit untuk memastikan kesehatan matanya. Meski diakui ada kelainan bentuk janggal di retina matanya, Nuraini dan Nazwa tidak pernah menyerah.

“Saya percaya, dengan cinta dan dukungan keluarga, Nazwa akan terus berkembang dan mengatasi setiap rintangan yang mungkin dihadapinya,” pungkas sang ibu.

Baca juga: Kehidupan Tunanetra Siantar, Berprofesi Tukang Pijat-Ngamen

Tantangan Mendidik Anak Tunanetra di SLB Negeri: Sabar dan Konsistensi Menjadi Kunci

Vairuz Meutia, seorang guru SD kelas tunanetra di SLB Negeri, membagikan tantangan dan pengalaman uniknya dalam mendidik anak seperti Nazwa, seorang murid tunanetra yang disertai masalah motorik.

“Tantangan paling besar adalah menyesuaikan koordinasi antara instruksi kita dengan gerakan tangan dan tubuhnya. Kita harus fokus pada pembelajaran konkret karena Nazwa tidak bisa melihat,” ungkapnya.

Guru muda ini menekankan pentingnya kesabaran dan konsistensi dalam menghadapi tantangan ini. “Instruksinya harus sangat sederhana dan konsisten. Mereka memahami dengan baik ketika instruksi jelas dan dilakukan secara konsisten,” imbuhnya.

Vairuz juga berbagi mengenai perkembangan Nazwa, terutama dalam menanggapi instruksi sederhana seperti menenangkan dirinya. “Sudah mulai banyak yang dia pahami, terutama instruksi-instruksi sederhana. Perkembangan ini menjadi dorongan bagi kami untuk terus membimbing dan memberikan dukungan,” tuturnya.

Baca juga: Ratusan Penyandang Tunanetra Peroleh Zakat dari Baznas Medan 

Tantangan lain yang dihadapi Vairuz adalah mengajarkan konsep abstrak kepada anak-anak yang memiliki berbagai kebutuhan khusus. “Mengenalkan konsep abstrak seperti siklus hujan bisa menjadi sulit karena harus dikonkretkan. Kami berusaha memberikan pemahaman dengan cara yang sesederhana mungkin,” jelas Vairuz.

Dalam pembelajaran di kelas, Vairuz mencoba untuk tetap tenang dan konsisten, meskipun terkadang muncul rasa kesal, karena anak-anak tunanetra terkadang sangat aktif dan sulit untuk ditenangkan. “Kesabaran adalah kunci. Kalau kesal itu pasti ada, tapi kami terus mendidik dan mendukung mereka dengan penuh kegigihan,” pungkasnya. (Hutajulu/hm20)

Related Articles

Latest Articles