Tantangan lain muncul karena Nazwa tidak dapat melihat, namun dengan penuh kesabaran, Nuraini membimbing dan mendukung putrinya dalam setiap langkahnya.
“Dia harus ditemani untuk mandi, makan, semua harus dibantu. Itu adalah ujian tersendiri. Bagaimana saya membesarkannya, ya dengan kesabaran dan cinta,” ucapnya dengan tulus.
Pada akhirnya, Nuraini membagikan rahasia kesuksesan dan kebahagiaannya, “Saya mencari nafkah dengan bekerja sebagai perawat, dan dengan gaji tersebut, saya mampu mencukupi kebutuhan Nazwa. Selain itu, dukungan dari keluarga, teman, dan iman yang kuat membuat semuanya mungkin.”
Perjuangan Nazwa, Anak Kelas 3 SD Atasi Tantangan di Sekolah
Nazwa, seorang siswi kelas 3, memiliki perjalanan pendidikan yang istimewa di SLB Negeri Pembina, Medan. Dari kelas satu hingga sekarang, Nazwa telah menunjukkan dedikasi luar biasa, meskipun menghadapi tantangan khusus.
Baca juga: Berbagi Kasih Untuk Nenek Tuna Netra
Nazwa lahir prematur dengan berat hanya satu kilogram setelah 7 bulan kehamilan. Kendati lahir dalam kondisi kurang bulan, ia memiliki ketidaksempurnaan dalam gerak tubuh (motoriknya).
Nuraini Lubis, sang ibu, menjelaskan, kecilnya berat badan saat lahir berdampak pada perkembangan anggota tubuhnya, terutama tangan dan kaki. “Tubuhnya seperti botol, dia harus diinfus, tidak mendapatkan kecukupan darah yang mempengaruhi gerakan alat-alat tubuhnya,” tuturnya.
Meskipun menghadapi tantangan ini, Nazwa tetap semangat dan berkembang pesat. Untuk membantu perkembangannya, Nuraini dan suaminya, yang merupakan seorang pegawai swasta dan dosen, bekerja keras untuk memberikan perawatan dan stimulasi yang diperlukan. Mereka rela banting tulang untuk membiayai kecukupan asupan gizi Nazwa.
“Saya dan suami bekerja keras demi anak-anak, demi Nazwa. Saya tidak mengira akan hamil lagi setelah melepas KB di usia 40 tahun, tapi kami menyambut kedatangan Nazwa dengan penuh cinta,” ungkap Nuraini.
