34.4 C
New York
Saturday, June 22, 2024

Fayo, Band Reggae yang Terbentuk Bukan dari Anak Reggae

Medan, MISTAR.ID

Musik reggae bagi sebagian masyarakat identik dengan hal negatif. Seperti soal ganja, kebebasan, dan lainnya. Sehingga tidak semua kalangan bisa ‘masuk’ ke dalam genre ini.

Fayo, band reggae asal Medan ini dibentuk pada tahun 2014, saat itu beranggotakan, Ichsan (vokal), Ade Jabal (gitar), Yogy Gayo (bass), Reza (gitar), Aidil (drum), dan Sule (perkusi).

Band ini ingin membuktikan bahwa paradigma negatif tentang reggae itu salah. Salah satunya dengan menjuarai Festival Religi di Ramadhan Fair tahun 2014.

Baca juga:  Heboh! Musisi Amerika Serikat Alan Walker Kunjungi SMA Al Azhar Medan

“Suasana panggung yang unik saat itu. Cover lagu religi, tapi rambut kami gimbal semua, dan menang,” kenang Yogy, saat ditemui Mistar, Sabtu (15/6/24) di Warkop Fayonesse.

Fayonesse merupakan warung kopi sekaligus markas Fayo di Jalan Rumah Sakit Haji No 10, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

Pria berambut gimbal dan berkacamata itu melanjutkan, memilih nama Fayo karena tidak mau ikut tren seperti kebanyakan band yang bernama keinggris-inggrisan.

Tercetus dari Jabal, Fayo yang dalam bahasa nias berarti payung, lanjutnya.

Baca juga:  Apresiasi Musisi Lokal kepada PT STTC dan Pemko Pematangsiantar

Personilnya sendiri mempunyai latar belakang musik yang beragam. Beberapa personelnya juga sempat lama bermain musik tradisi. Perbedaan itu yang membuat musik Fayo menjadi kaya.

Uniknya Fayo, band reggae ini terbentuk dari personel yang bukan berlatar belakang reggae. Masing-masing dari musik tradisi, blues, metal, dan lainnya. Reggae menjadi benang merah untuk menyatukannya, ujarnya.

Musik reggae pada umumnya bergaya ritmis bercirikan aksen pada off-beat atau sinkopasi. Fayo, menambahnya dengan nuansa lain lewat ‘rasa tradisi’ yang hadir di dalam musiknya. Sesuai namanya, Fayo (payung), musiknya diharap dapat meneduhkan pendengar.

Baca juga: Peduli Musisi, Bobby Nasution Dinobatkan Sebagai Anggota Kehormatan PAPPRI

“Kami sepakat untuk orientasi band ini adalah murni berkarya. Pada tahun pertama, tak disangka mendapat berbagai yang sangat baik, sehingga jadwal panggung sangat padat,” tambahnya.

Banyak prestasi yang dicatatkan band ini, yakni menjuarai berbagai festival musik dan pada tahun 2015, Fayo menjadi band reggae pertama yang berhasil menembus kompetisi musik Asian Beat hingga ke Nasional.

Pada tahun 2022, Fayo merilis mini album berjudul Transire, berisi 8 lagu yang merupakan akumulasi dari lagu-lagu lama.

Baca juga:  Musisi Internasional Akan Turut Meriahkan Samosir Music Internasional Festival Pada 25-26 Agustus 2023

Yogy berharap, musik reggae bisa lebih diterima oleh semua kalangan, seperti genre pop, rock dan lainnya. Sehingga pesan-pesan yang ingin disampaikan bisa lebih luas jangkauannya.

Salah satu caranya, mungkin dengan memperdalam dan memperkaya lirik. Meskipun reggae dikenal dengan sarat pesan sosial dan kelugasan liriknya, namun tidak menutup kemungkinan dengan lirik yang dalam, musik reggae juga dapat dinikmati.

“Saya memperhatikan pendengar musik sekarang sudah mulai kritis, mereka lebih banyak mendengar yang liriknya. Jadi tidak hanya menikmati musiknya, tapi juga kedalaman liriknya,” tutup Yogy. (maulana/hm17)

Related Articles

Latest Articles