11.5 C
New York
Sunday, May 5, 2024

Edy Rahmayadi Sindir Golkar di Peresmian Kantor DPD Demokrat Sumut

Medan, MISTAR.ID

Edy Rahmayadi bercerita saat dirinya menjadi prajurit TNI setelah lulus Akademi Militer (Akmil) tahun 1985, mendapat tugas mengawal Siti Hardijanti Hastuti yang akrab disapa mbak Tutut, kala menjadi Kader Golkar.

Hal itu disampaikan Edy saat dirinya hadir pada peringatan HUT Demokrat ke-21, sekaligus peresmian kantor DPD Demokrat Sumut Jalan Sudirman Medan, Jumat (9/9/22) siang.

Dalam peresmian kantor DPD Demokrat yang juga dihadiri sejumlah Kader DPD Golkar Sumut itu, Edy mengaku hubungannya (dengan Golkar) sedang kurang harmonis.

Baca Juga:Partai Demokrat Siantar Gelar Tatap Muka dan Temu Ramah Pengurus

Edy beralasan, Golkar banyak menyampaikan kritikan terhadap Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut. Salah satunya terkait pembangunan infrastruktur di Sumut menggunakan anggaran multi years sebesar Rp2,7 triliun.

“Orang yang baru ini (di DPD Golkar Sumut) dibully aku. Dia tak tahu dari tahun 1987 saya mengawal Golkar, Bu Tutut dan mengawal kader Golkar adalah TNI,” ujarnya.

Tak hanya itu, Edy terus menyampaikan sindiran kepada Golkar. Dimana, partai berlambang pohon beringin ini merupakan partai pengusung dirinya saat berpasangan dengan Musa Rajekshah pada Pilkada Sumut 2018.

“Sekarang (Golkar-Golkar yang baru ini), awak pula yang dibullynya,” kata mantan Ketua Umum PSSI itu, dengan logat khas bicaranya.

Edy mengenang, sejak menjadi prajurit TNI dirinya dekat sama Golkar. Terutama dalam tugas pengawasan terhadap Mbak Tutut yang merupakan putri mantan Presiden kedua, Soeharto.

“Ini dia baru jadi Golkar, kemarin (tidak tahu sejarah),” kata mantan Pangdam I Bukit Barisan itu.

Baca Juga:Baku Hantam Sesama Kader di Medan, Partai Demokrat Akui Ada Miskomunikasi

Meski begitu, Edy yang kini telah menjadi Gubernur Sumut meminta dan mengharapkan semua partai politik dapat berbuat untuk untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan partai, kelompok atau diri sendiri.

“Pastikan itu. Kalian biru, kalian kuning, putih. Bukan untuk kalian, tapi untuk rakyat,” tegasnya.

Edy kemudian melanjutkan ceritanya dalam acara yang sama, kala dia menjadi prajurit TNI Angkatan Darat (AD) dan menjadi anak buah dari mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat itu, kata Edy, SBY menjabat sebagai Danrem di salah satu daerah di Indonesia.

“Tahun 1987-1988, SBY Danrem saya. Lokot (Ketua DPD Demokrat Sumut) bilang yang ini, yang itu. Gak tahu dia, saya anak buahnya, saya mengerti betul beliau (SBY),” ucapnya.

Edy mengakui di bawah kepemimpinan SBY, partai Demokrat sukses dan berhasil memimpin Indonesia selama dua periode sebagai Presiden dan menguasai tanah air ini selama 10 tahun.

Baca Juga:Nasdem dan Partai Demokrat Berpeluang Berkoalisi

“21 tahun usia Demokrat. Tapi 10 tahun Demokrat menguasai bangsa ini,” katanya.

Edy juga membela SBY, yang dinilainya banyak kelompok dan oknum membully mantan Presiden ke-6 tersebut.

“Ada orang-orang membully dia gak ngerti dia. Saya tahu persis, seorang Prada yang ngomong diperhatikan, dia diam dan perhatikan,” ucapnya.

Edy menilai, di Indonesia ini yang paling sulit untuk mendengar. Tapi, untuk berbicara, semua mau ngomong. Edy mengklaim bahwa SBY mengenal baik sosok dirinya sebagai anak buahnya. Edy juga mengaku banyak mendapat nasehat dari SBY. (ial/hm12)

Related Articles

Latest Articles