31.8 C
New York
Monday, June 24, 2024

Aktivitas Kesenian di TBM Hingga Kini Kian Redup

Medan, MISTAR.ID

Jalan Perintis Kemerdekaan itu tampak sepi. Tepat di simpang Jalan Sutomo, barisan batu nisan tersusun rapi berjejer di antara pohon kelapa. Rumput liar sebagian menguning, dibakar matahari yang baginya asing. Di kejauhan, seorang anak kecil terlihat duduk di seberang makam.

Siapa sangka, 60 tahun kemudian area pemakaman itu menjadi tempat pusat kesenian dan kebudayaan; Taman Budaya Medan (TBM), tepat di Jalan Perintis Kemerdekaan No 33, Kelurahan Gaharu, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan.

Cerita dan suasana itu diungkapkan Kuntara DM (65), salah seorang seniman Kota Medan yang sejak kecil sudah tinggal di area tersebut. “Saya pertama kali dibawa bapak ke TBM ini tahun 1976, saya ingat tempat ini dulunya kuburan,” ujarnya saat ditemui Mistar di TBM, Rabu (5/6/24).

Raut wajah pria yang sudah melewati pahit manis kehidupan itu tampak sedih. Di sekelilingnya, 3 anak muda dengan khusyuk mendengar ceritanya. Ia menunjuk ke seberang, remang cahaya lampu di sini seperti gamang di hadapan Hotel Grand Mercure yang menjulang.

“Dulu sebelum ada hotel, di sana saya duduk di bangku kayu, menunggu bapak pulang kerja,” lanjutnya.

Baca Juga : Industri Kreatif Semakin Berkembang, Pemko Medan Akan Bangun Taman Budaya

Sambil meneguk kopi, ia bercerita masa kejayaan TBM. “Puncak keramaian aktivitas para seniman di sini ada di era tahun 80-an sampai 90-an. Saat itu semangat berkesenian sangat terasa. Ambisi pribadi bisa disulap menjadi energi positif untuk menjadi karya kreatif,” kenangnya.

Banyak kelompok teater aktif di era ini, seperti Teater Patria, Teater Q, Teater Merdeka, Teater Delik, dan lainnya. Di awal 2000-an semangat aktivitas kesenian mulai meredup. Penyebabnya, memakai istilah Kuntara, ‘Tsunami Regenerasi.

Terputusnya generasi karena kelompok-kelompok kesenian sebelumnya tidak melakukan regenerasi untuk keberlanjutan. Begitu seterusnya sampai tahun 2010-an hingga kini.

Tak lupa ia menyampaikan, di tengah era penurunan itu, sempat ada massa kelompok-kelompok kesenian dari sekolah dan kampus mengisi keramaian. Tetapi sayangnya tidak berlangsung lama.

Syahrial Siregar
Syahrial Siregar
Alumni STIK-P Medan. Menjadi jurnalis sejak 2008 dan sekarang redaktur untuk portal mistar.id

Related Articles

Latest Articles