Jaga Anak Tetap Aktif untuk Turunkan Stres dan Depresi saat Usia Remaja


Ilustrasi, seorang anak yang aktif saat bermain bola di lapangan Merdeka Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara. (f:ferry/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Gangguan kesehatan mental, seperti stres dan depresi, terhadap seorang anak akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Untuk itu, penting bagi orang tua untuk mendorong anaknya agar tetap aktif, misalnya dengan cara mengganti tablet atau gadget dengan sepatu lari.
Mengganti tablet dengan sepatu lari dapat memberikan dampak nyata pada kesehatan mental anak. Demikian dikutip dari medicaldaily, pada Jumat (14/2/25).
Sebuah penelitian terkini mengungkapkan, menjaga kebugaran fisik yang baik sejak masa kanak-kanak hingga remaja dikaitkan dengan berkurangnya stres dan depresi saat usia remaja.
Kesehatan mental pada remaja menjadi perhatian, dengan semakin banyaknya remaja yang menghadapi tantangan seperti depresi, stres, dan kecemasan. Diperkirakan hal ini memengaruhi sekitar 25-30 persen remaja.
Studi baru yang diterbitkan dalam Sports Medicine menekankan pentingnya menjauhi layar (tablet atau gadget) dan mendorong aktivitas fisik.
Untuk mengeksplorasi hubungan antara kebugaran anak dan kesehatan mental remaja, para peneliti melakukan tindak lanjut terhadap 241 peserta selama delapan tahun.
Temuan mereka mengungkapkan bahwa kebugaran kardiorespirasi yang lebih baik dan peningkatan aktivitas fisik selama masa ini dikaitkan dengan berkurangnya gejala stres dan depresi pada masa remaja.
Para peneliti juga mencatat, kebugaran motorik yang lebih baik, termasuk keterampilan seperti kelincahan, koordinasi, dan keseimbangan selama masa kanak-kanak, dikaitkan dengan peningkatan kemampuan kognitif dan berkurangnya stres dan depresi pada masa remaja.
Namun, hubungan antara kebugaran motorik dan depresi tidak sekuat hubungan antara kebugaran kardiorespirasi (kemampuan sistem pernapasan dan peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen otot pada saat beraktivitas,red) dan depresi.
"Temuan kami menyoroti pentingnya menilai beberapa indeks kebugaran fisik untuk mengukur perannya dalam kognisi dan kesehatan mental dalam penelitian di kalangan anak-anak dan remaja," tulis para peneliti dalam penelitian tersebut.
"Hasil ini juga menunjukkan bahwa mempromosikan berbagai aktivitas fisik dan mengurangi waktu bermain gawai, sehingga meningkatkan kebugaran fisik, harus digunakan sebagai salah satu pilihan untuk meningkatkan kognisi dan kesehatan mental pada remaja," imbuh peneliti di tulisannya.
Para peneliti juga mencatat bahwa waktu menonton layar selama masa remaja berperan dalam memahami bagaimana kebugaran kardiorespirasi dan kebugaran motorik memengaruhi kesehatan mental.
"Hasil penelitian kami seharusnya mendorong para pembuat kebijakan serta orang tua dan wali untuk melihat pentingnya kebugaran fisik secara lebih holistik," ujar Eero Haapala, penulis studi dalam rilis berita.
Karena, sambung Eero, kebugaran fisik yang buruk dapat meningkatkan tantangan kesehatan mental dan mengganggu keterampilan kognitif yang dibutuhkan untuk belajar.
"Seluruh masyarakat harus mendukung pengembangan kebugaran jasmani pada anak-anak dan remaja dengan meningkatkan partisipasi aktivitas fisik di sekolah, selama waktu luang, dan dalam hobi," pungkasnya. (*/hm27)
PREVIOUS ARTICLE
Pembangunan Bandara VVIP IKN Dikebut, Target Rampung Maret 2025NEXT ARTICLE
Sri Mulyani: UKT PTN Tidak Boleh Naik